Agama Itu Keyakinan Bukan Keraguan

Kalau kebenaran tidak ada, Lantas kenapa kata "Kebenaran" perlu ada? saya kira, adanya kata "Kebenaran" cukup untuk menunjukan bahwa kebenaran memang ada!

Menurut saya, keseakanan bahwa kebenaran tidak ada, lebih disebabkan oleh ketidaktahuan kita akan kebenaran tersebut, bukan berarti kebenaran benar-benar tidak ada, pun begitu pula, ketidaktahuan terkadang menggiring kita pada kesimpulan bahwa kebenaran relatif.

Kebenaran tidak relatif, yang relatif adalah pandangan manusia tentang kebenaran itu sendiri! Jika saya menampar anda di depan umum tanpa sebab sampai hidung anda berdarah, tentunya anda tidak terima jika itu dikatakan kebenaran, bukan? tapi bagaimana jika saya katakan "Itu kebenaran menurut saya!". Jika kebenaran relatif, konsekuensinya masing-masing orang mempunyai definisi sendiri-sendiri tentang kebenaran atau standar masing-masing tentang kebenaran!

Kita, sebagai pemeluk agama, tentunya harus yakin dengan kebenaran agama masing-masing, karena agama adalah keyakinan. Jika Agama tidak patut diyakini, kenapa tidak dikatakan "Keraguan"? dan, saya yakin, tak ada seorang pun yang bertanya "Apa keraguan anda?" lebih jauh lagi, tak akan ada yang menjawab "Keraguan saya adalah Islam".

Prularisme, itulah paham yang menganggap semua agama benar. Ini lucu, kenapa? lucu karena kalau semua agama benar, kenapa satu agama yang kita anut? toh kalau semuanya benar, penggabungan dari semuanya akan lebih sempurna, bukankah demikian? jadi tak ada yang namanya orang muslim atau orang kristen, tapi "Orang beragama gabungan". Setuju?

Alangkah lebih bagus jika seseorang mengatakan "Nilai-nilai kebenaran itu ada pada semua agama", bukannya malah berkata "Kebenaran itu berpihak pada semua agama! Islam benar, kristen benar, hindu juga benar!' bukan! bukan seperti itu, tapi "Apa yang diajarkan hindu berupa sopan-santun terhadap sesama, dan mengasihi sesama, itu adalah nilai kebenaran". Sopan santun, adalah nilai universal, yang tak satupun dari semua agama, baik itu agama samawi (Yahudi, Kristen, dan Islam) maupun wadhi'(yang selainnya) memungkiri nilai ini.

Kehati-hatian dalam berfikir dalam masalah ini amat ditekankan, jangan merasa "Wah" dengan kata filosof, lantas coba memukau dunia dengan gagasan yang salah. Sebagaimana akal bisa benar dalam menentukan mana yang salah, akal juga bisa salah dalam menentukan mana yang benar, dan manusia bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah dengan Akal, Hati(nurani) serta kitab suci yang ada bersama nya.

Sandy Legia

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment