Siapa yang dizalimi dan siapa yang menzalimi?
Semuanya sudah mulai jelas sekarang. Saya tidak berbicara antara ormas satu dengan ormas yang lain, saya tidak berpicara antara partai satu dengan partai yang lain, yang lebih esensi dari pada itu, sekarang saya bicara tentang siapa dan siapa , apa dan apa?
Masih belum mengerti? Baik, kita bisa mulai darimana pun jika kita mau dan jika kita tau, mau kembali sedikit membaca sejarah dan mau tau apa yang telah terjadi. Sejarah, menurut Tamim Anshori seorang sejarawan Afganistan, bukan seluruh rekaman tentang apa yang terjadi, tapi peristiwa yang paling menentukan garis lengkung peradaban umat manusia.
Sejarah memberikan gambaran yang sangat jelas tentang pertikaian ini. Setan dan manusia, beres. Setan yang menzalimi dan manusia yang dizalimi, beres. Dalam perkembangannya, pertengkaran semakin kompleks (rumit), pertengkaran tidak hanya terjadi antara manusia dan setan, tapi juga terjadi antara manusia dan manusia.
Apa penyebab utama pertengkaran manusia? Hal ini mungkin yang perlu dipecahkan bersama. Berikut beberapa kemungkinan yang karenanya manusia bertengkar:
Kemungkinan pertama, karena perbedaan ideologi, pemikiran atau pendabat.
Kemungkinan kedua, karena perbedaan kepentingan.
Kemungkinan ketiga, karena perbedaan kasta atau jabatan.
Kemungkinan keempat, karena perbedaan adat dan budaya.
Kita tidak perlu membahas kemungkinan di atas satu persatu, karena jelas semuanya bukan penyebab utama pertikaian. Berapa banyak manusia yang berbeda tapi tidak bertengkar, apa pun jenis perbedaannya (perbedaan agama, ras dll). Jadi apa kira-kira?
Berlapang dada merupakan jaminan kedamaian. Jika satu individu dan individu yang lainnya mampu berlapang dada, saya yakin kedamaian bukan hanya sekedar wacana, apa lagi sampai dijadikan simbol yang menunjukan bahwa kedamaian telah tiada. Apa artinya ini? Artinya, orang yang dadanya sempit, rentan terjangkit penyakit hati, dan penyakit hati ini bila sampai klimaksnya, sebagian besar diantaranya menjadi penyebab utama pertengkaran, ambil lah salah satu contoh penyakit hati, dengki misalkan, dan saya yakin anda dapat membayangkan bagaimana dengki kemudian dapat bermetamorfosis menjadi sikap, sikap ingin memusuhi yang lain.
Contoh lainnya adalah penyakit hati seperti Congkak (sombong). Masih ingat bagaimana iblis terlempar dari surga? Apa yang dia katakan? “Aku lebih baik darinya (dari Adam), dia diciptakan dari tanah, dan aku dari api!!”. Sepele bukan???!!! Tapi lihat dampaknya. Orang sering menyepelekan kisah yang sekaligus fakta ini, sebagian bertanya dengan maksud menyepelekan “Bagaimana mungkin hanya karena sombong iblis terlempar dari surga?” sekarang saya Tanya, kemungkinan apa yang terjadi ketika satu kelompok menyombongkan diri atas kelompok lainnya??? Sepele ya? Atau contoh lainnya, kemungkinan apa yang terjadi jika seorang da’i atau alim ulama menyombongkan diri atas dai atau alim ulama lainnya? Bukankah apa yang saya sebutkan sudah benar-benar terjadi?
Jangan sepelekan setiap penyakit hati. Rumput liar yang dibiarkan akan melebat, besi yang dibiarkan akan berkarat, luka kulit yang dibiarkan akan membusuk. Dalam kebanyakan kasus, segala sesuatu yang dibiarkan, akibat negatifnya lebih banyak dari positifnya, air dibiarkan tergenang akan keruh dan membusuk, luka dibiarkan tanpa pengobatan akan parah, benda dibiarkan tergeletak lama-lama tertutup debu, otak dibiarkan kosong dari pengetahuan lama-lama tumpul. Semua ini, kita sudah mengetahui dan memahaminya dengan baik, tapi sayang, akhlak bukan soal mengetahui seperti kata Socrates. Akhlak adalah Respon Spontan. Respon spontan tidak dapat dimanipulasi, satu-satunya cara adalah dengan pembiasaan mengulang-ngulang kebaikan.
Masih tidak percaya kalau penyakit hati adalah sebab pertengkaran? Satu contoh, kalau lah tidak karena kelapangan dada Nabi Muhammad saw, kaum Yahudi Bani Qainuqa sudah binasa lantaran mengganggu seorang muslimah, namun Nabi Muhammad bukan pribadi yang enteng menyabet pedangnya kepada setiap batang hidung yang ia temui, non muslim, apa lagi yang jelas-jelas muslim Walaupun ternyata ia munafiq sekelas Abdullah bin Ubay bin salul. Kelapangan dada ini lah yang menjamin bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah memusuhi orang lain, kecuali yang Allah perintahkan untuk memusuhinya.
Jadi jangan lagi ada yang mengatakan bahwa penyebab utama pertengkaran adalah adanya perbedaan kepentingan, karena ternyata tidak semua orang yang berbeda kepentingan bertengkar, karena adanya kemungkinan orang yang oportunis (orang yang hanya ingin ambil manfaat dengan seseorang walaupun orang tersebut ‘berbeda’). Sebab satu-satunya adalah penyakit hati. “Fii qulubihim maradha fazadahumullahu maradha…”, dihati mereka terdapat penyakit, maka Allah menambah penyakitnya. Rasulullah saw bersabda “..Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati!.”(HR Bukhari dan Muslim)
Cairo, 4 Agustus 2011
Legia Sandy
Masih belum mengerti? Baik, kita bisa mulai darimana pun jika kita mau dan jika kita tau, mau kembali sedikit membaca sejarah dan mau tau apa yang telah terjadi. Sejarah, menurut Tamim Anshori seorang sejarawan Afganistan, bukan seluruh rekaman tentang apa yang terjadi, tapi peristiwa yang paling menentukan garis lengkung peradaban umat manusia.
Sejarah memberikan gambaran yang sangat jelas tentang pertikaian ini. Setan dan manusia, beres. Setan yang menzalimi dan manusia yang dizalimi, beres. Dalam perkembangannya, pertengkaran semakin kompleks (rumit), pertengkaran tidak hanya terjadi antara manusia dan setan, tapi juga terjadi antara manusia dan manusia.
Apa penyebab utama pertengkaran manusia? Hal ini mungkin yang perlu dipecahkan bersama. Berikut beberapa kemungkinan yang karenanya manusia bertengkar:
Kemungkinan pertama, karena perbedaan ideologi, pemikiran atau pendabat.
Kemungkinan kedua, karena perbedaan kepentingan.
Kemungkinan ketiga, karena perbedaan kasta atau jabatan.
Kemungkinan keempat, karena perbedaan adat dan budaya.
Kita tidak perlu membahas kemungkinan di atas satu persatu, karena jelas semuanya bukan penyebab utama pertikaian. Berapa banyak manusia yang berbeda tapi tidak bertengkar, apa pun jenis perbedaannya (perbedaan agama, ras dll). Jadi apa kira-kira?
Berlapang dada merupakan jaminan kedamaian. Jika satu individu dan individu yang lainnya mampu berlapang dada, saya yakin kedamaian bukan hanya sekedar wacana, apa lagi sampai dijadikan simbol yang menunjukan bahwa kedamaian telah tiada. Apa artinya ini? Artinya, orang yang dadanya sempit, rentan terjangkit penyakit hati, dan penyakit hati ini bila sampai klimaksnya, sebagian besar diantaranya menjadi penyebab utama pertengkaran, ambil lah salah satu contoh penyakit hati, dengki misalkan, dan saya yakin anda dapat membayangkan bagaimana dengki kemudian dapat bermetamorfosis menjadi sikap, sikap ingin memusuhi yang lain.
Contoh lainnya adalah penyakit hati seperti Congkak (sombong). Masih ingat bagaimana iblis terlempar dari surga? Apa yang dia katakan? “Aku lebih baik darinya (dari Adam), dia diciptakan dari tanah, dan aku dari api!!”. Sepele bukan???!!! Tapi lihat dampaknya. Orang sering menyepelekan kisah yang sekaligus fakta ini, sebagian bertanya dengan maksud menyepelekan “Bagaimana mungkin hanya karena sombong iblis terlempar dari surga?” sekarang saya Tanya, kemungkinan apa yang terjadi ketika satu kelompok menyombongkan diri atas kelompok lainnya??? Sepele ya? Atau contoh lainnya, kemungkinan apa yang terjadi jika seorang da’i atau alim ulama menyombongkan diri atas dai atau alim ulama lainnya? Bukankah apa yang saya sebutkan sudah benar-benar terjadi?
Jangan sepelekan setiap penyakit hati. Rumput liar yang dibiarkan akan melebat, besi yang dibiarkan akan berkarat, luka kulit yang dibiarkan akan membusuk. Dalam kebanyakan kasus, segala sesuatu yang dibiarkan, akibat negatifnya lebih banyak dari positifnya, air dibiarkan tergenang akan keruh dan membusuk, luka dibiarkan tanpa pengobatan akan parah, benda dibiarkan tergeletak lama-lama tertutup debu, otak dibiarkan kosong dari pengetahuan lama-lama tumpul. Semua ini, kita sudah mengetahui dan memahaminya dengan baik, tapi sayang, akhlak bukan soal mengetahui seperti kata Socrates. Akhlak adalah Respon Spontan. Respon spontan tidak dapat dimanipulasi, satu-satunya cara adalah dengan pembiasaan mengulang-ngulang kebaikan.
Masih tidak percaya kalau penyakit hati adalah sebab pertengkaran? Satu contoh, kalau lah tidak karena kelapangan dada Nabi Muhammad saw, kaum Yahudi Bani Qainuqa sudah binasa lantaran mengganggu seorang muslimah, namun Nabi Muhammad bukan pribadi yang enteng menyabet pedangnya kepada setiap batang hidung yang ia temui, non muslim, apa lagi yang jelas-jelas muslim Walaupun ternyata ia munafiq sekelas Abdullah bin Ubay bin salul. Kelapangan dada ini lah yang menjamin bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah memusuhi orang lain, kecuali yang Allah perintahkan untuk memusuhinya.
Jadi jangan lagi ada yang mengatakan bahwa penyebab utama pertengkaran adalah adanya perbedaan kepentingan, karena ternyata tidak semua orang yang berbeda kepentingan bertengkar, karena adanya kemungkinan orang yang oportunis (orang yang hanya ingin ambil manfaat dengan seseorang walaupun orang tersebut ‘berbeda’). Sebab satu-satunya adalah penyakit hati. “Fii qulubihim maradha fazadahumullahu maradha…”, dihati mereka terdapat penyakit, maka Allah menambah penyakitnya. Rasulullah saw bersabda “..Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati!.”(HR Bukhari dan Muslim)
Cairo, 4 Agustus 2011
Legia Sandy
saya baru mengerti...terimakasih!
ReplyDeleteSama-sama, ^_^
ReplyDelete