Apakah Yesus Disalib Dan Apakah Yesus Tuhan; Kritik Kandungan Ayat Penyaliban Dalam Injil Yang Empat (Markus, Matius, Yohanes dan Lukas)
Berikut cuplikan penyaliban Yesus dalam Injil yang empat:
Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene bernama Simon. Mereka memaksa orang itu memikul salib Yesus. (Matius Pasal 27: 32)
Yesus keluar dengan memikul sendiri salib-Nya ke tempat yang bernama “Tempat Tengkorak“. (Di dalam bahasa Ibrani disebut Golgota). (Yohanes Pasal 19: 17).
Di tengah jalan mereka memaksa seorang memikul salib Yesus. Orang itu kebetulan baru dari desa hendak masuk ke kota. (Namanya Simon, –berasal dari Kirene–ayah dari Aleksander dan Rufus.). (Markus Pasal 15: 21).
Maka Yesus pun dibawa oleh mereka. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang yang bernama Simon, yang berasal dari Kirene, yang sedang masuk ke kota. Mereka menangkap dia, lalu memaksa dia memikul kayu salib itu di belakang Yesus. (Lukas Pasal 23: 26).
Apakah Yesus memakai baju ketika disalib? Dan manakah yang diundi, pakaian atau jubah atau kedua-duanya atau salah satunya?
Matius 28/35, Markus 15/24, dan Lukas 23/34 menyebutkan bahwa prajurit-prajurit melakukan undian atas pakaian Yesus setelah penyaliban, namun tidak menyebutkan apakah sebelumnya dia (Yesus) memakai pakaian atau tidak? Dalam Yohanes 19: 23-24 disebutkan bahwa pakaian Yesus dibagi empat, masing-masing mendapat satu bagian, tidak dengan undian! Tapi dibagi rata. Adapun yang dengan undian adalah jubah Yesus, seperti yang termaktub di Yohanes pasal 19 ayat 24: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku, dan membuang undi untuk jubah-Ku.” Dan memang prajurit-prajurit itu berbuat begitu“.
Siapakah yang benar-benar mencela Yesus, kedua penyamun atau salah satunya?
Disebutkan dalam Matius pasal 28 ayat 47 dan Markus pasal 15 ayat 33 bahwasanya penyamun-penyamun (dalam versi inggris: Robbers yang berarti bentuk plural), keduanya ikut menghina Yesus, “Penyamun-penyamun yang disalibkan dengan Dia itu pun malah menghina Dia juga seperti itu“. Namun dalam Lukas 23:39 dikatakan bahwa hanya salah seorang saja dari mereka yang menghina Yesus, dan bahkan yang satu malah tidak setuju atas apa yang dilakukan kawannya. Berikut detailnya dalam Lukas pasal 23: 39-43:
(39) Salah seorang penjahat yang disalibkan di situ menghina Yesus. Ia berkata, “Engkau Raja Penyelamat, bukan? Nah, selamatkanlah diri-Mu dan kami!” (40) Tetapi penjahat yang satu lagi menegur kawannya itu, katanya, “Apa kau tidak takut kepada Allah? Engkau sama-sama dihukum mati seperti Dia. (41) Hanya hukuman kita berdua memang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi Dia sama sekali tidak bersalah!” (42) Lalu ia berkata, “Yesus, ingatlah saya, kalau Engkau datang sebagai Raja!” (43) “Percayalah,” kata Yesus kepadanya, “hari ini engkau akan bersama Aku di Firdaus.”
Apakah Yesus Rela disalib atau tidak rela?
Dalam Matius Pasal 27:46 disebutkan bahwa Yesus tidak rela atas apa yang terjadi pada dirinya:
“Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ yang berarti, ‘Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?”
Sedangkan Yohanes tidak menyebutkan demikian. Disebutkan dalam Lukas pasal 23:46 sebagai berikut:
“Lalu Yesus berteriak dengan suara keras, “Bapa! Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan diri-Ku!” Setelah berkata begitu, Ia pun meninggal.”
Pendapat Ayat Al-Quran Tentang Penyaliban
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah*”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”
*= Mereka menyebut Isa putra Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Isa itu.
Umat Islam meyakini bahwasanya Yesus (Isa) tidak disalib, yang disalib adalah seseorang yang diserupakan dengannya, bernama Yudas Iskariot, itu pertama. Umat Islam juga meyakini bahwa Yesus adalah utusan Allah (Rasul Allah) seperti Rasul-rasul lainnya. Yesus (isa) yang terlahir tanpa ayah tidak sama sekali menunjukkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan (anak Allah), karena Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Maryam (Maria) berkata ketika mengandung Yesus (isa): “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.” (QS. Ali Imran: 47)
Dan masih banyak lagi Ayat di dalam Al-Quran yang menyanggah prasangkaan mereka yang beranggapan bahwa Yesus adalah Tuhan sekaligus anak Tuhan.
Adakah anak hakiki Tuhan?
Apakah setiap anak yang terlahir dari seorang wanita yang belum pernah disentuh lelaki manapun dapat dinasabkan kepada Tuhan (anak Tuhan)? Bagaimana jika zaman ini ada seorang wanita yang tiba-tiba mengandung tanpa suami? Apakah anaknya adalah anak Tuhan? Lalu kenapa Tuhan harus menghamili makhluknya untuk memiliki anak jika ia bisa menciptakan anak?
Anak bagi Tuhan adalah sesuatu yang mustahil terjadi secara akal, bukan hal-hal yang tidak dapat terjamah akal! Kemustahilannya semakin menjadi tatkala ilmu pengetahuan terus berkembang sampai ke suatu jenjang di mana proses kelahiran manusia telah diuraikan dalam rincian mendalam yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Jumlah kromosom pada manusia ada 46, dan tak ada manusia yang dapat hidup dengan jumlah kromosom kurang dari itu, walaupun hanya kurang satu, kalaupun bayi itu hidup, akan merupakan separuh manusia, bukan manusia yang sempurna.
Mirza Tahir Ahmad berkata tentang hal ini dalam bukunya “Ajaran Kristen; Perjalanan dari Kenyataan dan Khayalan”:
“Sel telur Maryam yang belum dibuahi telah menyediakan 23 kromosom sebagai andil ibu dalam pembentukan embrio/janin. Jika demikian, pertanyaan akan timbul, bagaimana sel telur itu telah dibuahi dan dari mana datangnya ke-23 kromosom penting lainnya?
Secara ilmiah, Maryam tidak dapat menyediakan ke-46 kromosom seorang diri; yang 23 harus datang dari pihak lain. Jika Tuhan adalah bapak beliau, maka hal itu akan menimbulkan beberapa kemungkinan. Pertama, tentu Tuhan juga memiliki kromosom sama seperti yang dimiliki manusia, yang dalam kasus ini tampaknya telah dimasukkan dengan cara tertentu ke dalam rahim Maryam. Hal itu tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diterima; jika Tuhan memiliki kromosom-kromosom manusia, berarti Dia bukan lagi Tuhan. Jadi, akibat mempercayai Yesus sebagai anak hakiki Tuhan, status Ketuhanan Sang Bapa pun terancam bahaya.
Kemungkinan kedua adalah, Tuhan telah menciptakan kromosom-kromosom tambahan sebagai suatu gejala penciptaan supernatural. Dengan kata lain, kromosom-kromosom itu benar-benar bukan milik Tuhan secara pribadi tetapi telah diciptakan secara mukjizat. Hal ini dengan sendirinya membuat kita menolak hubungan Yesus dengan Tuhan sebagai seorang anak terhadap bapak, dan menyebabkan hal yang sama terhadap hubungan keterikatan antara alam semesta dengan Tuhan, yakni hubungan setiap makhluk ciptaan dengan Pencipta-nya.”
Jelaslah sudah bahwa janin yang ada dalam perut Maryam bukan anak Tuhan. Allah berfirman:
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat* (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)“. (QS/ Ali-Imran: 45)
*= yang dimaksud kalimat di sini adalah kalimat kun (jadilah), maka terciptalah Isa (Yesus) tanpa ayah.
Mudah bagi Allah untuk menciptakan Adam tanpa mertua, maka bukankah mudah bagi Allah untuk menciptakan Yesus (Isa) tanpa ayah?
Saya sangat setuju dengan postingan ini, apapun yang diuraikan dr prespektif kemanusiaan kita, tentu seperti inilah 'kesesatan' berpikir kita terjebak. Saya seorang katolik tetapi saya tdk akan pernah percaya kalau Yesus dulu datang membawa agama katolik. Dari kesesatan pikiran saya inipun tetap tidak mampu menarik saya keluar dari kekatolikan saya karena saya tidak pernah menempatkan Yesus hanya sebagai Nabi, apalagi memposisikan Yesus hanya sebagai manusia fana. Dalam keimanan saya, sosok Yesus adalah sabda yg menjadi manusia (pembawa nilai2 surgawi yang asalnya dari Allah), sehingga saya meyakini bahwa semua manusia yang selama hidupnya berkenan kepada Allah/menurut kehendak Allah maka sebetulnya dia hidup dalam Yesus, baik dia itu beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dll. Sangat disayangkan kalau kita menilai ajaran agama tertentu hanya dari kacamata kemanusiaan kita yang dilengkapi akal budi semata,,,bukankah agama-agama itu hanyalah buatan 'manusia-manusia terpanggil' yang kita namakan nabi itu. Saya mengikuti Yesus bukan krn saya katolik tetapi karena ajaran-ajarannya yang DIA sebarkan melalui perbuatan-perbuatanNYA dan kebetulan yang mengimani ajaran Yesus secara lebih menyeluruh ada di agama katolik. Sejak saya mulai mampu mencerna pesan kotbah para imam katolik (sejak di bangku SD), saya tidak pernah mendengarkan isi kotbah yang menghasut, mencemooh, menjelekkan, mempertentangkan, apalagi menyindir ajaran agama lain,,,kalau ada, itu pasti bukan seorang imam katolik. Dengan postingan inipun sdh pasti tidak membuat saya terkritisi apalagi timbul pertentangan dalam diri saya akan kebenaran iman saya. Marilah kita gandeng tangan membangun keselarasan hidup di mata Tuhan dengan menyeimbangkan antara pikiran, perkataan dan perbuatan kita, supaya NAMA TUHAN yang kita imani senantiasa bertahta di bumi dan di surga,,,salam damai buat kita sekalian.
ReplyDeleteKami percaya bahwa dalam setiap agama ada hal-hal yang terlalu manusiawi untuk dijangkau dengan akal, dalam agama kristen, hindu, budha dll. Salah-salah kalau selalu akal yang main, kita malah tersesat, dan kami pun tidak setuju dengan seseorang yang selalu memandang setiap sisi agama dengan akalnya, karena itu tadi.. ada hal-hal dalam agama yang tidak dapat dijangkau oleh akal.
ReplyDeleteSayangnya terkadang sebagian orang menyamakan antara hal-hal yang tdak dapat dijangkau akal manusia, dan hal-hal yang memang benar-benar mustahil ada/terjadi secara akal. Inilah yang membedakan agama kami (Islam) dan yang lainnya. Jika dalam semua agama ada hal2 yang tidak dapat dijangkau oleh akal (terasuk islam), maka dalam agama ini (islam) sama-sekali tidak ada hal-hal yang mustahil terjadi secara akal. Agama memang masalah keyakinan, dan saya yakin bahwa keyakinan tidak secara otomatis membenarkan atau memerbolehkan hal-hal yang mustahil ada/terjadi secara akal menjadi bagian dari agama.
Saya beberapa kali baca artikel seperti ini, sebagian memang ada yang berniat menghasut, dan ada juga yang berniat menjaga. Saya berharap artikel ini benar-benar menjaga umat islam. Karena keyakinan bagi umat islam adalah kepercayaan yang pasti (tidak menyisakan keraguan secuil pun), sesuai dengan realitas (realitas sejarah salah satunya; bahwa yesus tidak disalib), dan tumbuh dengan berdasar kepada dalil (bukti2) bukan sekedar taqlid (ikut-ikutan). Inilah adalah keyakinan dalam islam.
Namun pada akhirnya, karena masalah agama adalah masalah keyakinan walaupun dengan catatan tadi (tidak mengabaikan hal2 yang mustahil secara akal untuk tidak jadi bagian dlm agama), yang dapat kami katakan adalah "Lakum dinukum wa liya diin" (Bagi kami agama kami, bagi anda agama anda). Inilah batasan toleransi dalam agama, jika sudah terkait masalah Aqidah (keyakinan), maka semuanya dikembalikan kepada pemeluk agama masing. "Laa ikraha fiddin" (tidak ada paksaan dalam agama), setiap orang bebas berkeyakinan, dan karenanya Pluralisme tidak diapat diterima, karena telah merubah "keyakinan" menjadi "keraguan". Jika Agama tidak patut diyakini, kenapa tidak dikatakan "Keraguan"? dan, saya yakin, tak ada seorang pun yang bertanya "Apa keraguan anda?" lebih jauh lagi, tak akan ada yang menjawab "Keraguan saya adalah Islam".
Terakhir yang perlu diketahui, perbedaan paling mendasar antara tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) selain dalam masalah keyakinan adalah bahwa jika agama Nasrani (kristen) lebih condong kepada hal yang bersifat rohani (ruhiyy), dan Yahudi lebih condong kepada hal yang bersifat materi (maadiy), maka islam menyeimbangkan keduanya, dari situ kenapa kenapa akal punya porsinya dalam islam, karena Allah Maha tahu, zaman semakin materil, dan manusia semakin mengabaikan hal-hal yang bersifat rohani, dan karena itulah Allah swt mengutus Nabi Muhammad saw sebagai penyempurna syariat (pengajaran) Yesus (Isa), Musa, dan para nabi sebelumnya.
Kesimpulannya: memergunakan akal dalam melihat "agama" tidak melulu berarti mengurai sesuatu itu dengan prespektif kemanusiaan, tergantung apa yang dilihat dan tergantung bagaimana cara memergunakan akalnya, karena dalam islam pun ada hal-hal yang ta'aquliy (yang dapat dicerna secara logis), dan ada hal yang ta'abudiy (yang menuntut pemeluknya untuk tunduk patuh tanpa mencoba menjangkau dengan akalnya), namun sekali lagi, dalam Islam tidak ada hal-hal yang MUSTAHIL ada/terjadi secara logika. Wallohualam bis shawab.
mari kita renungkan kata2 ini. Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)“. (QS/ Ali-Imran: 45).
ReplyDeletekata terkemuka disini artinya orang nomor satu
berarti Isa Almasih orang nomor satu di dunia dan akhirat
di sebuah negara siapakah nomor satu?
dan kepada siapakah kita harus tunduk jika kita sebagai warga negara?
Kepada presiden tentunya
ReplyDelete" Yesus (isa) yang terlahir tanpa ayah tidak sama sekali menunjukkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan (anak Allah), karena Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan."
ReplyDeleteSaya sangat tidak setuju dgn ini. Yesus itu adalah Allah sendiri. Allah itu seperti dibagi menjadi 3, yaitu Allah sendiri, Yesus, dan Roh Kudus. Tuhan bisa melakukan segalanya. Jadilah ia seorang manusia, yaitu Yesus. Anda seharusnya baca yang lengkap tuh Alkitab. Kan Tuhan turun ke bumi dan menjadi manusia. Lagipula, ngapain sih beda-bedain agama? Saling mengolok-olok?
Buat saya, Yesus adalah Tuhan. Meskipun agama beda, kalau percaya Tuhan Yesus, pasti deh masuk Surga. Agama kan cuman kelompok kepercayaan, tapi Tuhan itu satu...
Ada satu lagi yang saya tidak setuju...
"yang disalib adalah seseorang yang diserupakan dengannya, bernama Yudas Iskariot, itu pertama."
Dalam ajaran agama saya, Yudas Iskariot itu adalah pengikut Yesus. Tetapi pada akhirnya ia mengkhianati Yesus hanya karena uang.
REPLY to ANONYMOUS:
ReplyDeletePertama, Bagian mana dari artikel di atas yang mengolok-olok. Penjelasan tidak sama dengan mengolok-olok.
Kedua, puji Tuhan Allah, saya sudah membaca alkitab, dan silahkan tunjukan satu keterangan pada saya yang menyatakan perkataan Yesus sendiri bahwa dia adalah TUHAN. "Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku!". Silahkan cari.
Ketiga, bagi kami umat Islam, alkitab bukan lagi kitab otentik, artinya sudah diotak-atik tangan manusia, namun kami tak memungkiri bahwa masih ada sisa-sisa kebenaran yang lupa sengaja atau tidak, gereja lupa menyembunyikan. Yaitu keterangan bahwa YESUS bukanlah TUHAN, melainkan NABI. Bagi kami, NABI tak mungkin menjadi TUHAN. Berikit keterangannya:
“Katanya kepada mereka: ‘Apakah itu?’ Jawab mereka: ‘Apa yang terjadi dengan YESUS ORANG NAZARET. DIA ADALAH SEORANG NABI, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.” (Lukas 24: 19)
Jadi tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menghina agama anda, melainkan meluruskan.
Trinitas sampai saat ini merupakan doktrin, yang pihak gereja sendiri masih bingung. Ujung-ujungnya hanya bisa mengatakan "Imani saja lah, walaupun anda buta".
ReplyDeleteDalam diri tuhan punya tiga oknum, Tuhan bapak, tuhan anak (firman-Nya), dan roh Kudus (roh Allah).
Pertanyannya, Jika Tuhan berfirman, dan firmannya Tuhan menjadi TUHAN, bukankah tidak mustahil, firman firman-Nya tuhan pun menjadi Tuhan. Sejak kapan FIRMAN tuhan disamakan dengan TUHAN itu sendiri? sejak kapan BAGIAN MENJADI KESELURUHAN?
Tentu saudara tidak mungkin menghormati memerlakukan PERKATAAN SAYA seperti memerlakukan SAYA, karena KATA-KATA SAYA bukan SAYA.