Kenapa Allah ciptakan rasa rindu?
Kenapa Allah ciptakan rasa rindu? Karena Allah ciptakan rasa cinta, ini bukan jawaban, ini hanya pengantar menuju jawaban. Jika kita tahu seperti apa dan bagaimana hubungan rasa rindu dan cinta, kita tahu kenapa rindu mesti ada.
Ciri-ciri orang yang jatuh cinta atau orang yang punya cinta atau apa lah namanya salah satunya adalah rindu, kerap kali merindukan pertemuan, menatap wajah dan lain sebagainya.
Rindu sendiri muncul ketika ada sebab yang membuatnya menampak. Sebab itu adalah kata "jarang". Dua jiwa yang jarang bertemu membuatnya saling merindu, rindu sebuah pertemuan. Bila sudah bertemu, maka seketika rindu pun terobati. Dari sini maka kita tahu bahwa obat rindu adalah pertemuan.
Cinta dan rindu ibarat Nasi goreng dan garam. Tanpa garam, nasi goreng akan terasa hambar. Artinya, Cinta lebih berasa jika dilengkapi rindu. Semua orang yang merindukan sesuatu hampir bisa dipastikan mencintai sesuatu, tapi tidak semua orang yang mencintai sesuatu merindukan sesuatu itu, hal ini logis jika sebab dari kemunculan rindu tidak ada, misalkan karena orang tersebut "sering" bertemu. Oleh karenanya saya katakan diawal bahwa rindu adalah satu tanda cinta dari beberapa tanda lainnya, jika tanda cinta itu tidak ada, bukan berarti cinta nya tidak ada, sama halnya seperti nasi goreng, jika garam tak ada, bukan berarti nasi goreng tak ada, boleh jadi nasi goreng tetap ada, tapi tentunya dengan rasa berbeda (hambar), pun begitu pula cinta, jika rindu tak ada, boleh jadi cinta tetap ada, namun tentunya dengan rasa berbeda.
Hal dahsyat lain sebagai contoh tentang rindu, apa kata Allah tentang kabar gembira bagi orang yang berpuasa? orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan yang salah satunya adalah "Berbuka Puasa". Bukan kah jika direnungi ada rindu disini? Hal yang manusiawi jika menahan diri dari sesuatu yang mubah/boleh (seperti makan, minum, dan hubungan bagi pasangan suami isteri) dari terbit matahari hingga tenggelamnya membuat saat buka menjadi saat-saat yang membahagiakan, kenapa? Karena saat itu lah memang yang dirindukan. Dengan demikian kita tahu bahwa puasa menjadi begitu berasa karena ada rasa rindu bertemu buka, lihat lah bagaimana jika puasa tanpa menahan diri dari yang mubah, atau tanpa buka puasa, atau dengan buka tapi setelah dua hari? Bagaimana rasanya kerinduan berbuka selama dua hari, tentunya sangat menyakitkan bukan?
Rindu pun terkadang menyiksa dan menyakitkan, terutama rindu yang muncul disebabkan karena bentangan jarak yang terlampau jauh sehingga "jarang" menjadi "semakin jarang". Apa yang salah dari nasi goreng keasinan? Apakah karena garamnya itu sendiri? bukan, tapi karena porsi atau takarannya yang berlebih, sama halnya dengan rindu, porsi atau takaran yang berlebihan hanya lah membuat rindu menjadi semakin menyakitkan, bahkan terkadang menyiksa. Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa jangan lah seseorang terlalu mencintai sesuatu secara berlebihan, karena boleh jadi dikemudian hari dia membencinya, begitu pula sebaliknya, jangan lah seseorang terlalu membenci sesuatu karena boleh jadi dikemudian hari dia mencintainya. Intisari dari ungkapan ini adalah tentang "Porsi" atau "Takaran", di semua hal ada takarannya, ada porsinya masing-masing. Lebih dan kurang ada konsekuensi atau akibatnya tersendiri. Disini lah rindu menguji sahabatnya, jika terlalu berlebihan ia akan menyiksanya, jika kurang ia akan membuatnya merasa hambar.
Rindu tidak dapat dikebiri, semakin ditahan ia semakin menyakiti, rindu hanya bisa diatur dengan skala prioritas, siapa atau apa yang mesti kita rindukan terlebih dahulu. Apa yang musti lebih banyak jika kita memasak nasi goreng? Garamnya lebih banyak dari nasinya atau sebaliknya? Jika ada dua orang dalam hidup kita, kekasih dan ibu kita, dan misalkan keduanya jauh dari kita. Apakah rindu kita layak melahap habis waktu kita karena memikirkan kekasih? Kekasih nomor satu atau kah ibu nomor satu? Ini hanya lah gambaran kecil dari sekian banyak gambaran.
Jika Cinta kepada dunia tidak ada, apakah rindu ada? Ini bisa dianalogikan dengan rumah, jika rumah tidak ada atau tidak dibuat, apakah batu-bata tidak ada? Jika nasi goreng tidak ada, apakah garam juga tidak ada? Keduanya tetap ada dan muncul dua kemungkinan, digunakan untuk yang lain, atau tidak digunakan sama sekali. Kemungkinan pertama, seseorang boleh saja tidak memiliki rasa cinta kepada dunia misalkan, dengan demikian ia tidak rindu mendapatkan harta melimpah, tidak rindu mendapatkan pasangan ideal, tidak rindu bersama kemewahan, dan lain-lain, ia hanya rindu kenikmatan surgawi. Bukan kah rindu tetap ada? Hanya orientasinya berubah menjadi rindu kepada kenikmatan surgawi, atau digunakan untuk meraih kenikmatan akhirat, bukan untuk menambah rasa pada cinta dunia, tapi menambah rasa kepada cinta akhirat.
Kemungkinan kedua, tidak digunakan sama sekali. Seperti apakah contoh rindu yang tidak digunakan? Ini menuntut untuk memercepat jawaban dari pertanyaan kenapa rindu diciptakan Allah? Jawabannya adalah "Agar membuat sesuatu menjadi lebih berasa (baik berasa lebih indah atau sebaliknya, menyenangkan atau menyakitkan". Jika rindu tidak digunakan maka sesuatu itu tidak berasa atau hambar (biasa-biasa saja), seperti dua pasang kekasih yang sering bertemu, puasa dengan makan dan minum seperti biasa, dua sahabat yang setiap saat bahkan detik bertemu, dan lain-lain. Rindu tetap ada, beradasarkan realitas, namun tidak difungsikan, tidak difungsikan untuk apa? Untuk menambah rasa! Jika garam tidak dipakai dalam pembuatan nasi goreng, maka garam tidak difungsikan, tidak difungsikan untuk menambah rasa asin, hasilnya bagaimana? nasi goreng tidak berasa.
Demikian lah mengapa Allah menciptakan rasa rindu; untuk menambah rasa, dan ini hanya salah satu hikmah dari hikmah-hikmah lainnya yang masih tersembunyi dan belum terungkap.Wallhohualam.
Ciri-ciri orang yang jatuh cinta atau orang yang punya cinta atau apa lah namanya salah satunya adalah rindu, kerap kali merindukan pertemuan, menatap wajah dan lain sebagainya.
Rindu sendiri muncul ketika ada sebab yang membuatnya menampak. Sebab itu adalah kata "jarang". Dua jiwa yang jarang bertemu membuatnya saling merindu, rindu sebuah pertemuan. Bila sudah bertemu, maka seketika rindu pun terobati. Dari sini maka kita tahu bahwa obat rindu adalah pertemuan.
Cinta dan rindu ibarat Nasi goreng dan garam. Tanpa garam, nasi goreng akan terasa hambar. Artinya, Cinta lebih berasa jika dilengkapi rindu. Semua orang yang merindukan sesuatu hampir bisa dipastikan mencintai sesuatu, tapi tidak semua orang yang mencintai sesuatu merindukan sesuatu itu, hal ini logis jika sebab dari kemunculan rindu tidak ada, misalkan karena orang tersebut "sering" bertemu. Oleh karenanya saya katakan diawal bahwa rindu adalah satu tanda cinta dari beberapa tanda lainnya, jika tanda cinta itu tidak ada, bukan berarti cinta nya tidak ada, sama halnya seperti nasi goreng, jika garam tak ada, bukan berarti nasi goreng tak ada, boleh jadi nasi goreng tetap ada, tapi tentunya dengan rasa berbeda (hambar), pun begitu pula cinta, jika rindu tak ada, boleh jadi cinta tetap ada, namun tentunya dengan rasa berbeda.
Hal dahsyat lain sebagai contoh tentang rindu, apa kata Allah tentang kabar gembira bagi orang yang berpuasa? orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan yang salah satunya adalah "Berbuka Puasa". Bukan kah jika direnungi ada rindu disini? Hal yang manusiawi jika menahan diri dari sesuatu yang mubah/boleh (seperti makan, minum, dan hubungan bagi pasangan suami isteri) dari terbit matahari hingga tenggelamnya membuat saat buka menjadi saat-saat yang membahagiakan, kenapa? Karena saat itu lah memang yang dirindukan. Dengan demikian kita tahu bahwa puasa menjadi begitu berasa karena ada rasa rindu bertemu buka, lihat lah bagaimana jika puasa tanpa menahan diri dari yang mubah, atau tanpa buka puasa, atau dengan buka tapi setelah dua hari? Bagaimana rasanya kerinduan berbuka selama dua hari, tentunya sangat menyakitkan bukan?
Rindu pun terkadang menyiksa dan menyakitkan, terutama rindu yang muncul disebabkan karena bentangan jarak yang terlampau jauh sehingga "jarang" menjadi "semakin jarang". Apa yang salah dari nasi goreng keasinan? Apakah karena garamnya itu sendiri? bukan, tapi karena porsi atau takarannya yang berlebih, sama halnya dengan rindu, porsi atau takaran yang berlebihan hanya lah membuat rindu menjadi semakin menyakitkan, bahkan terkadang menyiksa. Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa jangan lah seseorang terlalu mencintai sesuatu secara berlebihan, karena boleh jadi dikemudian hari dia membencinya, begitu pula sebaliknya, jangan lah seseorang terlalu membenci sesuatu karena boleh jadi dikemudian hari dia mencintainya. Intisari dari ungkapan ini adalah tentang "Porsi" atau "Takaran", di semua hal ada takarannya, ada porsinya masing-masing. Lebih dan kurang ada konsekuensi atau akibatnya tersendiri. Disini lah rindu menguji sahabatnya, jika terlalu berlebihan ia akan menyiksanya, jika kurang ia akan membuatnya merasa hambar.
Rindu tidak dapat dikebiri, semakin ditahan ia semakin menyakiti, rindu hanya bisa diatur dengan skala prioritas, siapa atau apa yang mesti kita rindukan terlebih dahulu. Apa yang musti lebih banyak jika kita memasak nasi goreng? Garamnya lebih banyak dari nasinya atau sebaliknya? Jika ada dua orang dalam hidup kita, kekasih dan ibu kita, dan misalkan keduanya jauh dari kita. Apakah rindu kita layak melahap habis waktu kita karena memikirkan kekasih? Kekasih nomor satu atau kah ibu nomor satu? Ini hanya lah gambaran kecil dari sekian banyak gambaran.
Jika Cinta kepada dunia tidak ada, apakah rindu ada? Ini bisa dianalogikan dengan rumah, jika rumah tidak ada atau tidak dibuat, apakah batu-bata tidak ada? Jika nasi goreng tidak ada, apakah garam juga tidak ada? Keduanya tetap ada dan muncul dua kemungkinan, digunakan untuk yang lain, atau tidak digunakan sama sekali. Kemungkinan pertama, seseorang boleh saja tidak memiliki rasa cinta kepada dunia misalkan, dengan demikian ia tidak rindu mendapatkan harta melimpah, tidak rindu mendapatkan pasangan ideal, tidak rindu bersama kemewahan, dan lain-lain, ia hanya rindu kenikmatan surgawi. Bukan kah rindu tetap ada? Hanya orientasinya berubah menjadi rindu kepada kenikmatan surgawi, atau digunakan untuk meraih kenikmatan akhirat, bukan untuk menambah rasa pada cinta dunia, tapi menambah rasa kepada cinta akhirat.
Kemungkinan kedua, tidak digunakan sama sekali. Seperti apakah contoh rindu yang tidak digunakan? Ini menuntut untuk memercepat jawaban dari pertanyaan kenapa rindu diciptakan Allah? Jawabannya adalah "Agar membuat sesuatu menjadi lebih berasa (baik berasa lebih indah atau sebaliknya, menyenangkan atau menyakitkan". Jika rindu tidak digunakan maka sesuatu itu tidak berasa atau hambar (biasa-biasa saja), seperti dua pasang kekasih yang sering bertemu, puasa dengan makan dan minum seperti biasa, dua sahabat yang setiap saat bahkan detik bertemu, dan lain-lain. Rindu tetap ada, beradasarkan realitas, namun tidak difungsikan, tidak difungsikan untuk apa? Untuk menambah rasa! Jika garam tidak dipakai dalam pembuatan nasi goreng, maka garam tidak difungsikan, tidak difungsikan untuk menambah rasa asin, hasilnya bagaimana? nasi goreng tidak berasa.
Demikian lah mengapa Allah menciptakan rasa rindu; untuk menambah rasa, dan ini hanya salah satu hikmah dari hikmah-hikmah lainnya yang masih tersembunyi dan belum terungkap.Wallhohualam.