Pentingnya Ilmu; Pelajaran Dari Takdir
DR. Sulaiman Asyqar dalam salah satu buku serial Aqidahnya yang berjudul “Al-Qadha wal Qadhar” menjelaskan tentang bukti akal bahwasannya Allah sudah mengetahui Takdir manusia jauh-jauh hari sebelum penciptaanya.
Beliau menerangkan bahwa eksistensi alam semesta ini, dan beraneka ragam makhluk hidup yang ada di dalamnya menunjukan dengan jelas bahwasannya Allah mengetahui segala sesuatu perihal detail makhuk-makhluk tersebut jauh-jauh hari sebelum penciptaanya, karena sangat mustahil mewujudkan sesuatu tanpa pengetahuan akan sesuatu tersebut; Pertama, “Mewujudkan” itu butuh kehendak, dan kehendak menuntut pengetahuan atau konsepsi tentang sesuatu yang dikehendaki untuk diwujudkan. Kedua, oleh karena “Mewujudkan” itu butuh kehendak, dan kehendak menuntut konsepsi atau pengetahuan tentang yang dikehendaki, maka “Mewujudkan” menuntut pengetahuan.
Dalam konteks Takdir ini, jika Allah kurang ilmu (pengetahuannya) tentang apa yang Dia hendak wujudkan, maka akan terjadi banyak kejanggalan (melenceng) dalam ciptaannya. Kenyataannya, apa yang Allah ciptakan amat sempurna lagi bebas dari cela. Berarti ilmu (pengetahuan) Allah tentang apa yang ia hendak wujudkan sempurna, mulai dari seperti apa, bagaimana, sampai kapan terjadinya? Dan lain sebagainya.
Allah berfirman: “Apakah pantas Allah yang menciptakan sesuatu itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui”. (QS. Al-Mulk: 14)
Sesungguhnya Allah mengajarkan kepada kita tentang makna ilmu. Kenapa ilmu itu perlu? Agar semuanya jelas dan terukur. Kehendak/kemauan yang tidak dibarengi dengan pengetahuan, sedikit banyak telah membuat orang melenceng dari tujuan semula, karena tidak adanya kejelasan.
Jika kita ingin membuat sesuatu, tentunya untuk mewujudkan keinginan itu (membuat sesuatu) kita perlu kehendak/kemauan untuk mewujudkan, dan segala sesuatu yang kita kehendaki untuk diwujudkan tentunya (harus) sudah kita ketahui atau tergambar seperti apa wujudnya nanti? Bagaimana bentuknya? Apa fungsingya dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan sebuah ungkapan “Jalan manapun yang kamu tempuh, jika kamu tidak punya (ilmu tentang) tujuan, maka tidak akan pernah menyampaikan kamu (pada tujuan yang masih belum jelas itu)”.
Untuk merealisasikan visi:
Pertama, anda perlu kehendak (kemauan) untuk merealisasikannya.
Ketika anda punya kehendak untuk mewujudkan sesuatu, tentunya harus sudah tergambar apa yang hendak anda wujudkan, mulai dari apa, seperti apa, sampai bagaimananya, karena merupakan hal yang membingungkan jika seseorang punya kehendak untuk mewujudkan sesuatu, tapi orang tersebut tidak tahu bahkan tidak tergambar dalam benaknya tentang “Sesuatu” yang hendak ia wujudkan tersebut. Karenanya, yang kedua, setelah kehendak, adalah ilmu tentang apa yang hendak kita realisasikan, agar semuanya jelas, terukur dan tidak melenceng.
Dari point kedua di atas kita kita dapat menyimpulkan bahwa adanya penyimpangan atau “Melenceng”, itu disebabkan karena kurangnya ilmu (pengetahuan) tentang apa yang hendak kita wujudkan.
Cairo, 26 September 2011
Beliau menerangkan bahwa eksistensi alam semesta ini, dan beraneka ragam makhluk hidup yang ada di dalamnya menunjukan dengan jelas bahwasannya Allah mengetahui segala sesuatu perihal detail makhuk-makhluk tersebut jauh-jauh hari sebelum penciptaanya, karena sangat mustahil mewujudkan sesuatu tanpa pengetahuan akan sesuatu tersebut; Pertama, “Mewujudkan” itu butuh kehendak, dan kehendak menuntut pengetahuan atau konsepsi tentang sesuatu yang dikehendaki untuk diwujudkan. Kedua, oleh karena “Mewujudkan” itu butuh kehendak, dan kehendak menuntut konsepsi atau pengetahuan tentang yang dikehendaki, maka “Mewujudkan” menuntut pengetahuan.
Dalam konteks Takdir ini, jika Allah kurang ilmu (pengetahuannya) tentang apa yang Dia hendak wujudkan, maka akan terjadi banyak kejanggalan (melenceng) dalam ciptaannya. Kenyataannya, apa yang Allah ciptakan amat sempurna lagi bebas dari cela. Berarti ilmu (pengetahuan) Allah tentang apa yang ia hendak wujudkan sempurna, mulai dari seperti apa, bagaimana, sampai kapan terjadinya? Dan lain sebagainya.
Allah berfirman: “Apakah pantas Allah yang menciptakan sesuatu itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui”. (QS. Al-Mulk: 14)
Sesungguhnya Allah mengajarkan kepada kita tentang makna ilmu. Kenapa ilmu itu perlu? Agar semuanya jelas dan terukur. Kehendak/kemauan yang tidak dibarengi dengan pengetahuan, sedikit banyak telah membuat orang melenceng dari tujuan semula, karena tidak adanya kejelasan.
Jika kita ingin membuat sesuatu, tentunya untuk mewujudkan keinginan itu (membuat sesuatu) kita perlu kehendak/kemauan untuk mewujudkan, dan segala sesuatu yang kita kehendaki untuk diwujudkan tentunya (harus) sudah kita ketahui atau tergambar seperti apa wujudnya nanti? Bagaimana bentuknya? Apa fungsingya dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan sebuah ungkapan “Jalan manapun yang kamu tempuh, jika kamu tidak punya (ilmu tentang) tujuan, maka tidak akan pernah menyampaikan kamu (pada tujuan yang masih belum jelas itu)”.
Untuk merealisasikan visi:
Untuk Merealisasikan Visi |
Ketika anda punya kehendak untuk mewujudkan sesuatu, tentunya harus sudah tergambar apa yang hendak anda wujudkan, mulai dari apa, seperti apa, sampai bagaimananya, karena merupakan hal yang membingungkan jika seseorang punya kehendak untuk mewujudkan sesuatu, tapi orang tersebut tidak tahu bahkan tidak tergambar dalam benaknya tentang “Sesuatu” yang hendak ia wujudkan tersebut. Karenanya, yang kedua, setelah kehendak, adalah ilmu tentang apa yang hendak kita realisasikan, agar semuanya jelas, terukur dan tidak melenceng.
Dari point kedua di atas kita kita dapat menyimpulkan bahwa adanya penyimpangan atau “Melenceng”, itu disebabkan karena kurangnya ilmu (pengetahuan) tentang apa yang hendak kita wujudkan.
“Tumbuhkan kemauan ‘tuk capai sesuatu, dan buatlah sesuatu itu menjadi jelas sebelum menapak jejak menuju apa yang hendak dicapai, agar tidak sesat dan melenceng”
Cairo, 26 September 2011