Generasi Muda Indonesia???
Masyarakat Indonesia masih masyarakat watching society, belum menjadi masyarakat reading society. Dari dulu selalu terlontar pertanyaan "Kapan Indonesia menjadi seperti jepang?".
wacana, tanpa ada usaha, minimal memersiapkan generasi baru agar tidak seperti orang tuanya. Jika orang tuanya malas baca, maka generasi baru harus rajin, jika orang tuanya malas belajar, maka generasi baru harus rajin belajarnya.
Dalam sejarah, belum pernah indonesia disebut namanya sebagai negara yang berpengaruh terhadap peradaban dunia, mengapa? boleh jadi karena peradabannya yang masih seumur jagung, yang ada hanya kemasyhuran beberapa manusia-manusianya, Hayam Wuruk contohnya.
Dalam sejarah Nusantara, kita dapati bahwa kerajaan Majapahit dipimpin oleh seorang pemuda yakni Hayam Wuruk. Hayam Wuruk mendapatkan dukungan dan restu orang tuanya dan juga dari golongan tua untuk mengemban amanah memajukan nusantara. Hayam Wuruk juga mendapatkan dukungan dari Tribuanatunggaldewi (orang tuanya) dan Gajah Mada, seorang berpengaruh yang memomongnya dengan telaten sejak dia masih kecil (golongan tua). Sejarah membuktikan bahwa sosok Hayam Wuruk yang mendapatkan restu dari orang tua dan dukungan dari golongan tua telah sukses membawa kejayaan nusantara pada masanya.
Sebagian besar anak-anak Indonesia yang kemudian beranjak menjadi pemuda kurang mendapat dukungan dari orang yang seharusnya menjadi sosok yang pertama kali paling berpengaruh dalam kehidupannya. Ini bukannya omong kosong tanpa bukti. Buktinya adalah tidak sedikit mereka yang mengambil teladan, dan atau membangga-banggakan sosok-sosok yang bahkan mereka baru mengenalnya.
Dekadensi moral yang saat ini massif dimana-mana sesungguhnya adalah buah dari keteledoran orang tua, itu yang pertama. Banyak penyebab keteledoran ini, salah satunya adalah perhatian orang tua yang kurang terhadap anak. Kurangnya perhatian ini kebanyakan disebabkan kesibukan dengan urusan di luar rumah. Anak-anak dititipkan kepada pembantu yang notabene tidak tahu detail cara mendidik anak. Itulah kenapa ketika Fatimah putri Rasulullah saw meminta agar dihadirkan pembantu di rumahnya, rasulullah mengajarkan sesuatu yang lebih baik dari permintaan tersebut. Mengambil seorang pembantu memang membuka peluang kerja, namun menyandarkan pendidikan anak kepadanya inilah yang semestinya tidak dilakukan.
Bila kita hanya berbicara masalah, maka sesungguhnya masalah itu banyak, namun jika berbicara masalah solusi, kan kita dapati bahwa solusinya satu. Merekontruksi ulang pondasi keluarga-keluarga indonesia. Keluarga adalah urutan prioritas kedua setelah diri sendiri, "Quu anfusakum wa ahlikum naroo..". Pemerintah juga amat berperan dalam membenahi keluarga-keluarga Indonesia, misalkan dengan meluruskan prilaku "media" yang kini mulai profit oriented, bukan lagi amanah oriented tujuannya. Usaha sekecil apapun yang pemerintah lakukan untuk perbaikan dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas, insya Allah itu akan menghasilkan. Rahasia kemakmuran yang terjadi pada zaman Umar bin Abdul Aziz adalah bahwasannya beliau selalu "berniat" pada setiap amal-amalnya.
Orang tua kita saat ini adalah bentukan masa lalu, dan persiapan mereka pada masa lalu adalah untuk keberadaan kita saat ini, sebagai orang tua, guru, dosen dan lain sebagainya. Maka begitu pula kita, untuk generasi berikutnya lah kita ada.
Dalam sejarah, belum pernah indonesia disebut namanya sebagai negara yang berpengaruh terhadap peradaban dunia, mengapa? boleh jadi karena peradabannya yang masih seumur jagung, yang ada hanya kemasyhuran beberapa manusia-manusianya, Hayam Wuruk contohnya.
Generasi Baru |
Sebagian besar anak-anak Indonesia yang kemudian beranjak menjadi pemuda kurang mendapat dukungan dari orang yang seharusnya menjadi sosok yang pertama kali paling berpengaruh dalam kehidupannya. Ini bukannya omong kosong tanpa bukti. Buktinya adalah tidak sedikit mereka yang mengambil teladan, dan atau membangga-banggakan sosok-sosok yang bahkan mereka baru mengenalnya.
Dekadensi moral yang saat ini massif dimana-mana sesungguhnya adalah buah dari keteledoran orang tua, itu yang pertama. Banyak penyebab keteledoran ini, salah satunya adalah perhatian orang tua yang kurang terhadap anak. Kurangnya perhatian ini kebanyakan disebabkan kesibukan dengan urusan di luar rumah. Anak-anak dititipkan kepada pembantu yang notabene tidak tahu detail cara mendidik anak. Itulah kenapa ketika Fatimah putri Rasulullah saw meminta agar dihadirkan pembantu di rumahnya, rasulullah mengajarkan sesuatu yang lebih baik dari permintaan tersebut. Mengambil seorang pembantu memang membuka peluang kerja, namun menyandarkan pendidikan anak kepadanya inilah yang semestinya tidak dilakukan.
Bila kita hanya berbicara masalah, maka sesungguhnya masalah itu banyak, namun jika berbicara masalah solusi, kan kita dapati bahwa solusinya satu. Merekontruksi ulang pondasi keluarga-keluarga indonesia. Keluarga adalah urutan prioritas kedua setelah diri sendiri, "Quu anfusakum wa ahlikum naroo..". Pemerintah juga amat berperan dalam membenahi keluarga-keluarga Indonesia, misalkan dengan meluruskan prilaku "media" yang kini mulai profit oriented, bukan lagi amanah oriented tujuannya. Usaha sekecil apapun yang pemerintah lakukan untuk perbaikan dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas, insya Allah itu akan menghasilkan. Rahasia kemakmuran yang terjadi pada zaman Umar bin Abdul Aziz adalah bahwasannya beliau selalu "berniat" pada setiap amal-amalnya.
Orang tua kita saat ini adalah bentukan masa lalu, dan persiapan mereka pada masa lalu adalah untuk keberadaan kita saat ini, sebagai orang tua, guru, dosen dan lain sebagainya. Maka begitu pula kita, untuk generasi berikutnya lah kita ada.