Masa Depan Milik Kita

Ada rasa sedih ketika melihat dunia Islam saat ini. Di belahan dunia manapun umat Islam selalu jadi bulan-bulanan musuh-musuh Allah. Bahkan negeri yang memiliki umat Islam terbanyak pun terus menjadi sasaran empuk mereka.Belum lagi negeri Islam "Palestina" yang terkoyak oleh zionis penjajah. Afghanistan, Irak, Somalia,Checnya dan bumi Islam lainnya. Tidak hanya itu, kesenjangan yang amat dalam antara dunia Islam dan bangsa-bangsa Arab dalam bidang ilmu dan teknologi. Seakan awan kelam terus menyelimuti dunia Islam.

Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan umat Islam? Kenapa sampai terjadi seperti ini. Bukankah dulu kita pernah mengusai sepertiga dunia. Dimanakah saat ini generasi pasukan Muhammad Al Fatih yang menaklukkan kekuatan Romawi timur di Konstatinopel? Dimanakah prajurit-prajurit Shalahuddin Al Ayyubi yang membebaskan Al Quds? Al Quds tengah menangis saat ini!

Bukankah dulu barat belajar dengan kita umat Islam di Andalusia. Dulu mereka yang memadati bangku-bangku kuliah di universitas-universitas Islam di Cordova dan kota-kota lain di Andalusia. Bahkan barat tak pernah mengenal kemajuan sebelum bertemu dengan umat Muhammad begitu kata salah seorang filsuf Gustav Lobon.

Berangkat dari rentetan yang kita paparkan di atas. Akankah semuanya menjadikan kita lesu dan lemah untuk menapaki jalan perjuangan yang begitu panjang ini? Jawabannya tentu "TIDAK!" Kalau kita renungi sejenak perjuangan para rasul dan anbiya dan salafunâ asshâleh, maka kita tidak akan menemukan rasa pesimisme sedikitpun dari perjuangan mereka. Seandainya saat-saat itu datang bisikan Iblis untuk lari dari medan perjuangan, maka mereka kembali secepatnya untuk memperbaharui asas perjuangan mereka.

Mungkin kiat pernah mendengar ungkapan "Apabila malam semakin gelap, maka rasa dingin semakin menusuk badan. Itu pertanda bahwa fajar akan segera menyingsing". Kondisi umat Islam yang semakin parah menunjukkan bahwa kemenangan itu semakin dekat. Maka sebab itu, setidaknya ada tiga hal yang mesti kita renungkan kembali.

 Pertama: Dirasatu al Madhi (Belajar dari masa silam). Jika kita mengakaji Al Qur'an lebih dalam maka kita akan temukan banyak kisah-kisah kemenangan dan kehancuran. Tak ada salahnya kita belajar dari sejarah. Apa saja faktor-faktor kebangkitan umat. Sehingga Islam akan kembali menjadi sokoguru peradaban dunia.

Lihatlah misalnya Sholahuddin Al Ayyubi, tatkala malam tiba ia selalu memeriksa para jundi-nya. Jika ia menemukan mereka tengah khusyuk qiyamullail, beliau mengikrarkan : "Min Huna Ya'ti An Nashru" (Dari sinilah datang kemenangan).

Kedua: Tarsyidu al Hadhir (Menata strategi sekarang juga). Setelah mempelajari sebab-sebab kemenangan dan kekalahan. Kita tak hanya berhenti di situ. Tapi segera bergerak dalam menata strategi. Mencetak pribadi-pribadi yang siap terjun ke medan laga. Mempersiapkan generasi-generasi pejuang yang mampu meneteskan air mata ketika manusia tertawa sepenuh mulutnya.

Ketiga: Istinaratu al mustaqbal (Pencerahan masa depan). Kebanyakan kita masih sibuk dengan masalah-masalah sepeleh yang tak ada hubungannya dengan kemajuan umat. Dalam hal ini Ustad Anis Matta pernah mengatakan:"Kita masih bicara konspirasi asing, dan belum bicara sistem pertahanan dakwah. Kita masih bicara fiqhul ikhtilâf, dan belum bicara manajemen organisasi. Kita masih bicara sabar dalam mensiasati keterbatasan dana, dan belum bicara cara menciptakan ke-berkecukupan dana. Kita masih bicara apa yang kita inginkan, dan belum bicara sumberdaya yang diperlukan untuk mencapainya. Selama pusat perhatian pikiran kita belum bergeser ke masalah penciptaan sumberdaya-sumberdaya, selama itu kita akan mengalami kemunduran dan keterpurukan".

Ikhwati fillah...

Sunnatullah telah mengariskan akan selalu ada di setiap ruang dan waktu sekelompok umat Islam yang memperjuangkan tegaknya panji Allah di muka bumi. Tidak lekang dengan ancaman orang-orang yang menghinakannya. Dan mereka tetap komitmen sampai datang kepastian Allah, Kesyahidan atan kemenangan.

Akhrie Robbani

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment