Orang Sesat Ada Dua!
Orang sesat ada dua:
1. Orang sesat karena tidak berilmu atau kurang ilmu
2. Orang sesat yang berilmu, tapi ilmunya malah menjadi sebab kerusakan ketimbang kemaslahatan"
Orang yang pertama jelas, karena kurangnya pengetahuan, yang kedua, ada tiga kemungkinan:
Boleh jadi karena apa yang mereka pelajari memang ilmu-ilmu yang salahnya lebih banyak ketimbang benarnya, syubhatnya lebih banyak ketimbang jelasnya, sehingga pemikiran mereka terpengaruh. Contoh seperti para liberalis dari umat islam, kebanyakan mereka mengembalikan maraji' atau referensi kepada barat. Mencari Islam di bukan sumbernya, seperti mencari dodol garut di afrika. Mereka menjadikan nash-nash yang qhat'iyyu tsubut menjadi nash-nash yang muhtamilud dilalah (banyak kemungkinan). Diantara mereka mungkin ada yang berniat baik; yaitu untuk mentajdid fikril islamiy (memerbaharui pemikiran islam), namun, keliru dalam menentukan obyek yang diperbaharui itulah yang membuat mereka dinilai menyimpang (baca:sesat).
Kemungkinan kedua, mereka sadar akan keliru dalam pemikirannya, tapi hawa nafsu mendorongnya untuk memertahankan apa yang diyakininya. Hawa nafsu yang menghinggapi hatinya bisa disebabkan beberapa faktor: bisa karena ada seseorang atau sesuatu di belakang mereka yang mengiming-ngimingi harta, asalkan pemikiran keliru itu bisa menyebar dan menjangkiti umat islam, dan hal ini adalah realitas yang mudah diketahui oleh siapapun yang moderat pandangannya, bisa juga karena sombong yang sudah terlanjur membalut hatinya, gengsi untuk mengakui kekeliruan.
Kemungkinan ketiga, hampir sama dengan yang kedua, yaitu, adanya pihak asing yang memeralat orang-orang seperti mereka. Boleh jadi mereka sendiri tidak sadar, atau boleh jadi sadar bahwasannya mereka diperalat. Yang tidak sadar berarti lalai, yang sadar, berarti oportunis, ada yang ia kehendaki, materi! bukan idealisme.
1. Orang sesat karena tidak berilmu atau kurang ilmu
2. Orang sesat yang berilmu, tapi ilmunya malah menjadi sebab kerusakan ketimbang kemaslahatan"
Orang yang pertama jelas, karena kurangnya pengetahuan, yang kedua, ada tiga kemungkinan:
Boleh jadi karena apa yang mereka pelajari memang ilmu-ilmu yang salahnya lebih banyak ketimbang benarnya, syubhatnya lebih banyak ketimbang jelasnya, sehingga pemikiran mereka terpengaruh. Contoh seperti para liberalis dari umat islam, kebanyakan mereka mengembalikan maraji' atau referensi kepada barat. Mencari Islam di bukan sumbernya, seperti mencari dodol garut di afrika. Mereka menjadikan nash-nash yang qhat'iyyu tsubut menjadi nash-nash yang muhtamilud dilalah (banyak kemungkinan). Diantara mereka mungkin ada yang berniat baik; yaitu untuk mentajdid fikril islamiy (memerbaharui pemikiran islam), namun, keliru dalam menentukan obyek yang diperbaharui itulah yang membuat mereka dinilai menyimpang (baca:sesat).
Kemungkinan kedua, mereka sadar akan keliru dalam pemikirannya, tapi hawa nafsu mendorongnya untuk memertahankan apa yang diyakininya. Hawa nafsu yang menghinggapi hatinya bisa disebabkan beberapa faktor: bisa karena ada seseorang atau sesuatu di belakang mereka yang mengiming-ngimingi harta, asalkan pemikiran keliru itu bisa menyebar dan menjangkiti umat islam, dan hal ini adalah realitas yang mudah diketahui oleh siapapun yang moderat pandangannya, bisa juga karena sombong yang sudah terlanjur membalut hatinya, gengsi untuk mengakui kekeliruan.
Kemungkinan ketiga, hampir sama dengan yang kedua, yaitu, adanya pihak asing yang memeralat orang-orang seperti mereka. Boleh jadi mereka sendiri tidak sadar, atau boleh jadi sadar bahwasannya mereka diperalat. Yang tidak sadar berarti lalai, yang sadar, berarti oportunis, ada yang ia kehendaki, materi! bukan idealisme.