Religius Itu Kaku; Gagasan Keliru Tapi Meyakinkan
Ini bukan gagasan baru, hampir setiap orang sudah pernah mendengarnya. Gagasan ini berbunyi "Kita terbelakang karena terlalu berpegang teguh terhadap agama (Islam)". Gagasan ini sebenarnya ingin mengatakan bahwa agama islam itu kolot yang jika dipraktekan ke dalam kehidupan sehari-hari dapat memersulit penganutnya. Benarkah? tidak tentunya, sama sekali tidak benar, dan kita sudah sama-sama tahu bahwa salah satu karakter atau sifat agama ini adalah shalihun likullinnas fi kulli zaman wa makan (relevan atau cocok untuk semua, kapanpun dan dimanapun mereka berada).
Darimanakah sebenarnya gagasan di atas berasal? ini pun bukan hal yang asing lagi bagi kita bahwa gagasan di atas adalah konklusi yang didapat dari perbandingan yang salah antara masyarakat Eropa abad pertengahan dan masyarakat Islam hari ini. Apa yang terjadi di eropa pada abad itu mirip dengan apa yang terjadi dengan kondisi umat Islam hari ini di seluruh belahan dunia; pertumpahan darah, degradasi moral, gaya hidup hedonis, perpecahan, keterbelakangan, kemiskinan, politik yang carut marut dan lain sebagainya.
Ketika masyarakat eropa (barat) sadar akan keterbelakangannya, mereka bangkit menyerukan ilmu pengetahuan sekaligus melepas semua hubungan dengan agama dan dogma-dogmanya; karena agama tidak mampu memberikan solusi real untuk kehidupan, pemuka-pemuka agama hanya memanfaatkan ketundukan umatnya untuk sesuatu yang bersifat materil. Penat dengan kondisi tersebut, mereka pun memutuskan untuk memulai babak baru kehidupan. Singkat cerita, terjadilah pemisahan antara dunia dan kehidupan beragama.
Umat islam saat ini dan peradabannya, rela atau tidak rela, dapat dikatakan terbelakang, jika dibandingkan dengan peradaban barat tentunya. pemandangan yang terjadi pada abad pertengahan eropa sebagian besar dapat kita lihat pada umat islam hari ini. Sebagian orang islam sadar ini dan orang-orang sadar tersebut terbagi tiga jika ditinjau dari penyikapan mereka terhadap kondisi umat islam saat ini:
1. Ingin berlepas diri dari agama sama sekali dan bertumpu kepada ilmu pengetahuan atau yang sebangsanya, sehingga tidak tersisa dari mereka kecuali nama yang islami dengan keyakinan yang dipertanyakan.
2. Ingin memerbaharui islam agar cocok atau sesuai dengan zaman, namun mereka tidak mampu membedakan mana yang principle (tidak boleh dirubah) dan mana yang variable (boleh disesuaikan). Yusuf Qardhawi berkata bahwa orang-orang seperti ini tidak ada keraguan untuk mengotak-atik nash-nash Al-Quran yang Qat'iyyut dilalah (pasti) menjadi seperti zhanniyuddilalah (mengandung banyak kemungkinan atau persepsi). Dampak dari pemahaman mereka adalah keresahan umat islam sendiri, mereka berani mengatakan jilbab itu tidak wajib, solat lima watu yang kita kenal tidak wajib, minum-minuman keras itu tidak di larang karena tidak ada ayat yang jelas-jelas mengatakan haram, dan lain sebagainya.
3. Orang-orang sadar yang selain keduanya (tentunya dalam konteks diatas).
Sebenarnya gagasan di atas tidak berbahaya, sampai adanya yang mengaminkan (baca: mendukung) dan berusaha merealisasikannya. Beberapa saja dari golongan di atas yang mengaminkan gagasan ini agar terwujud, dan mudah bagi siapapun untuk menebaknya.
Dampak Dari Sekularisme
Tidak diragukan lagi bahwa dampak negatif yang dihasilkan oleh sekularisme jauh lebih nampak ketimbang dampak positifnya. Kerusakan moral pada remaja adalah hal yang logis terjadi ketika mereka jauh dari agama, karenanya, menempatkan pemahaman agama sebagai prioritas pertama adalah sebuah kemestian bagi siapa saja yang bertanggung jawab membimbing mereka; guru, orang tua, dai dan lain sebagainya.
Tidak perlu disebutkan satu-satu akibat dari sekularisme ini, karena itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat kita lihat di jalanan dan televisi atau media-media lainnya. Berikut adalah salah satu contohnya. Terlepas di Indonesia atau bukannya gambar di bawah ini di ambil, setidaknya ini menunjukan bahwa jika anak kecil saja terpengaruh oleh tontonan tidak senonok (walau hanya meniru), bagaimana halnya dengan anak dewasa yang jelas-jelas mengerti apa maksud dari tontonan tersebut?
Sejarah Kegemilangan Islam Masa Lalu
Sejarah itu penting, dan urgensinya tidak didasarkan pada seberapa banyak data yang bisa kita ambil sebagai informasi-informasi pelengkap wawasan, tapi seberapa banyak pelajaran dan ibrah yang kita ambil darinya. Apa yang membuat peradaban islam masa lalu maju, itu pula yang akan membuat umat islam hari ini maju, insya Allah.
Fatimah al fihri, adalah sosok wanita yang boleh jadi luput dari pandangan banyak orang islam. Siapakah dia? dia adalah pendiri universitas pertama di dunia, yang hari ini tentunya universitas tersebut menjadi universitas tertua. Al-Qarawiyyin, adalah nama dari universitas tersebut. Salah satu lulusannya adalah bapak sosiologi Islam terkenal, Ibnu khaldun.
Hal yang unik dari potongan sejarah ini adalah, bahwa Fatimah Al Fihri mendirikan universitas pertama di dunia tahun 859 M, dan tahukah bahwa pada saat yang sama di Eropa, perempuan hanyalah sebatas harta benda. "Imagine that !! at an era when women were mere chattels in Europe !!" begitulah pengakuan seorang barat sendiri di website http://www.scientificamerican.com/.
Nama-nama lainnya adalah: al idrisiy, untuk pertama kalinya, tahun 1133 M telah membuat peta dunia pertama. Kemudian al Hasan ibn al haitsam, tahun 1020 M berhasil menyingkap qumrah (ruang gelap), yang kemudian teorinya tersebut mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Abbas Ibn fernas, ilmuwan pertama yang mencoba terbang, beberapa menit dia terbang, namun kemudian terjatuh dan meninggal dunia, di Turki, Syalabi lah yang kemudian meneruskan usahanya, dan untuk pertama kalinya, penerbangan pertama di dunia berhasil dilakukan, dan ini terjadi jauh-jauh hari sebelum akhirnya Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) terbang. Az Zahrawiy, di Qordova tahun 975 Masehi, berhasil melakukan operasi bedah pertama dengan menggunakan alat bedah yang menyerupai peralatan bedah modern. Mereka adalah ilmuwan muslim yang paham akan agamanya dan juga mengamalkannya.
Sekarang Semuanya Menjadi Jelas
Seperti yang telah disebutkan, bahwa gagasan yang menyatakan kalau religius menghambat kemajuan dalam segala bidang kehidupan adalah konklusi yang didapat dari perbandingan yang salah antara masyarakat Eropa abad pertengahan dan masyarakat Islam hari ini. Seperti yang dapat kita lihat dalam potongan sejarah di atas, bahwa Peradaban islam maju justeru karena keislaman penganutnya yang mendarah daging dan berwujud dalam kehidupan sehari-hari, dalam akhlak dan tingkah laku, dalam pemikiran dan bidang-bidang lainnya.
Sebaliknya, saat umat islam kehilangan identitasnya dan mencari Pendekatan lain dalam membangun Umat, hasilnya adalah apa yang kita lihat sekarang. Sayangnya dua dari tiga golongan yang telah disebut mengatakan bahwa kemunduran umat terjadi karena semakin dekatnya umat islam dengan agamanya, sama seperi dekatnya eropa dengan agamanya pada abad pertengahan.
Uniknya, tidak ada salah satupun dari sahabat nabi yang pernah mengatakan bahwa syarat kemajuan umat adalah menjauh dari islam, padahal mereka mengalami masa-masa kegemilangan islam (seharusnya mereka lebih berhak mengatakan demikian), yang ada malah sebaliknya. Umar pernah berkata "Kita adalah kaum yang telah Allah muliakan dengan islam, jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya, Maka Allah rendahkan kita".
di dalam hadits yang diriwayatkan Arbadh bin Sariya, dia berkata “Suatu hari Rasul memberi kami petuah setelah shalat isya dengan petuah yang benar-benar berbekas ke jiwa, petuah itu membuat air mata menetes, dan membuat hati bergetar, kemudian seseorang berkata ‘Ini petuah pepisahan, kalau begitu apa yang engkau nasehatkan pada kami, Wahai Rasulullah? Rasul berkata: ‘Aku nasehati kalian agar bertaqwa kepada Allah, agar mendengar dan taat, walaupun dia adalah seorang budak. Siapapun diantara kalian yang hidup sampai melihat banyak perselisihan/perbedaan, maka janganlah sekali-kali kalian membuat-buat hal yang baru (dalam perkara agama dengan segala segi dan bidangnya; bukan hanya dalam masalah Aqidah & fiqh), karena itu merupakan hal yang sesat, maka siapa saja diantara kalian yang mengalami hal ini, wajib bagi kalian (berpegang kepada) sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin yang terbimbing setelahku, gigitlah itu erat-erat dengan geraham kalian.”
Pendekatan Rasulullah saw adalah pendekatan yang pas dan mantap untuk kemajuan dalam segala bidang, itu pun jika direalisasikan benar-benar, bukan dibiarkan terselip diantara buku-buku atau mendekam dalam otak. Tanpa sadar, justru eropa lah yang lebih banyak merealisasikan prinsip-prinsip islam dalam kehidupan sehari-hari, karenanya pernah ada salah seorang ulama arab berkunjung ke salah satu negara eropa, dan dia terkejut dengan kondisi eropa yang begitu rapi, bersih dan tertib. Beliau berkata "Di Arab saya melihat banyak orang islam, tapi tidak melihat Islam, disini saya melihat Islam, tapi tidak melihat orang Islam." Mungkin ini salah satu rahasia kemajuan Eropa, kebaikan sekecil apapun mereka praktekan dalam kehidupan nyata. Islam memuat banyak konsep tentang kebaikan, tapi sayang, hanya menjadi sebatas teori. Umatnya lupa bahwa di dalam islam, yang paling bersifat teori sekalipun, pasti ada amal nyatanya.
Kesimpulan
Sebagian orang berkata bahwa kemajuan tidak ada hubungannya dengan beragama (religius) atau tidaknya sebuah bangsa, ya, saya setuju, jika religius yang dimaksud hanya sebatas pada pemahaman terhadap agama tapi nihil praktek. Sebagian mengatakan bahwa praktek nyata sudah cukup tanpa pemahaman agama untuk sebuah kemajuan, ya, saya setuju, jika yang dimaksud adalah seperti kemajuan beberapa negara yang juga termasuk distributor film porno terbesar. Religius yang diinginkan oleh islam adalah religius luar dalam, dan religius dengan segala makna yang terkandung di dalamnya. Ideal kan? Banget ^_^
Darimanakah sebenarnya gagasan di atas berasal? ini pun bukan hal yang asing lagi bagi kita bahwa gagasan di atas adalah konklusi yang didapat dari perbandingan yang salah antara masyarakat Eropa abad pertengahan dan masyarakat Islam hari ini. Apa yang terjadi di eropa pada abad itu mirip dengan apa yang terjadi dengan kondisi umat Islam hari ini di seluruh belahan dunia; pertumpahan darah, degradasi moral, gaya hidup hedonis, perpecahan, keterbelakangan, kemiskinan, politik yang carut marut dan lain sebagainya.
Ketika masyarakat eropa (barat) sadar akan keterbelakangannya, mereka bangkit menyerukan ilmu pengetahuan sekaligus melepas semua hubungan dengan agama dan dogma-dogmanya; karena agama tidak mampu memberikan solusi real untuk kehidupan, pemuka-pemuka agama hanya memanfaatkan ketundukan umatnya untuk sesuatu yang bersifat materil. Penat dengan kondisi tersebut, mereka pun memutuskan untuk memulai babak baru kehidupan. Singkat cerita, terjadilah pemisahan antara dunia dan kehidupan beragama.
Umat islam saat ini dan peradabannya, rela atau tidak rela, dapat dikatakan terbelakang, jika dibandingkan dengan peradaban barat tentunya. pemandangan yang terjadi pada abad pertengahan eropa sebagian besar dapat kita lihat pada umat islam hari ini. Sebagian orang islam sadar ini dan orang-orang sadar tersebut terbagi tiga jika ditinjau dari penyikapan mereka terhadap kondisi umat islam saat ini:
1. Ingin berlepas diri dari agama sama sekali dan bertumpu kepada ilmu pengetahuan atau yang sebangsanya, sehingga tidak tersisa dari mereka kecuali nama yang islami dengan keyakinan yang dipertanyakan.
2. Ingin memerbaharui islam agar cocok atau sesuai dengan zaman, namun mereka tidak mampu membedakan mana yang principle (tidak boleh dirubah) dan mana yang variable (boleh disesuaikan). Yusuf Qardhawi berkata bahwa orang-orang seperti ini tidak ada keraguan untuk mengotak-atik nash-nash Al-Quran yang Qat'iyyut dilalah (pasti) menjadi seperti zhanniyuddilalah (mengandung banyak kemungkinan atau persepsi). Dampak dari pemahaman mereka adalah keresahan umat islam sendiri, mereka berani mengatakan jilbab itu tidak wajib, solat lima watu yang kita kenal tidak wajib, minum-minuman keras itu tidak di larang karena tidak ada ayat yang jelas-jelas mengatakan haram, dan lain sebagainya.
3. Orang-orang sadar yang selain keduanya (tentunya dalam konteks diatas).
Sebenarnya gagasan di atas tidak berbahaya, sampai adanya yang mengaminkan (baca: mendukung) dan berusaha merealisasikannya. Beberapa saja dari golongan di atas yang mengaminkan gagasan ini agar terwujud, dan mudah bagi siapapun untuk menebaknya.
Dampak Dari Sekularisme
Tidak diragukan lagi bahwa dampak negatif yang dihasilkan oleh sekularisme jauh lebih nampak ketimbang dampak positifnya. Kerusakan moral pada remaja adalah hal yang logis terjadi ketika mereka jauh dari agama, karenanya, menempatkan pemahaman agama sebagai prioritas pertama adalah sebuah kemestian bagi siapa saja yang bertanggung jawab membimbing mereka; guru, orang tua, dai dan lain sebagainya.
Tidak perlu disebutkan satu-satu akibat dari sekularisme ini, karena itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat kita lihat di jalanan dan televisi atau media-media lainnya. Berikut adalah salah satu contohnya. Terlepas di Indonesia atau bukannya gambar di bawah ini di ambil, setidaknya ini menunjukan bahwa jika anak kecil saja terpengaruh oleh tontonan tidak senonok (walau hanya meniru), bagaimana halnya dengan anak dewasa yang jelas-jelas mengerti apa maksud dari tontonan tersebut?
Gambar 1 |
Gambar 2 |
Gambar 3 |
Gambar 4 |
Gambar 5 |
Gambar 6 |
Gambar 7 |
Gambar 8 |
Sejarah Kegemilangan Islam Masa Lalu
Sejarah itu penting, dan urgensinya tidak didasarkan pada seberapa banyak data yang bisa kita ambil sebagai informasi-informasi pelengkap wawasan, tapi seberapa banyak pelajaran dan ibrah yang kita ambil darinya. Apa yang membuat peradaban islam masa lalu maju, itu pula yang akan membuat umat islam hari ini maju, insya Allah.
Fatimah al fihri, adalah sosok wanita yang boleh jadi luput dari pandangan banyak orang islam. Siapakah dia? dia adalah pendiri universitas pertama di dunia, yang hari ini tentunya universitas tersebut menjadi universitas tertua. Al-Qarawiyyin, adalah nama dari universitas tersebut. Salah satu lulusannya adalah bapak sosiologi Islam terkenal, Ibnu khaldun.
Hal yang unik dari potongan sejarah ini adalah, bahwa Fatimah Al Fihri mendirikan universitas pertama di dunia tahun 859 M, dan tahukah bahwa pada saat yang sama di Eropa, perempuan hanyalah sebatas harta benda. "Imagine that !! at an era when women were mere chattels in Europe !!" begitulah pengakuan seorang barat sendiri di website http://www.scientificamerican.com/.
Nama-nama lainnya adalah: al idrisiy, untuk pertama kalinya, tahun 1133 M telah membuat peta dunia pertama. Kemudian al Hasan ibn al haitsam, tahun 1020 M berhasil menyingkap qumrah (ruang gelap), yang kemudian teorinya tersebut mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Abbas Ibn fernas, ilmuwan pertama yang mencoba terbang, beberapa menit dia terbang, namun kemudian terjatuh dan meninggal dunia, di Turki, Syalabi lah yang kemudian meneruskan usahanya, dan untuk pertama kalinya, penerbangan pertama di dunia berhasil dilakukan, dan ini terjadi jauh-jauh hari sebelum akhirnya Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) terbang. Az Zahrawiy, di Qordova tahun 975 Masehi, berhasil melakukan operasi bedah pertama dengan menggunakan alat bedah yang menyerupai peralatan bedah modern. Mereka adalah ilmuwan muslim yang paham akan agamanya dan juga mengamalkannya.
Sekarang Semuanya Menjadi Jelas
Seperti yang telah disebutkan, bahwa gagasan yang menyatakan kalau religius menghambat kemajuan dalam segala bidang kehidupan adalah konklusi yang didapat dari perbandingan yang salah antara masyarakat Eropa abad pertengahan dan masyarakat Islam hari ini. Seperti yang dapat kita lihat dalam potongan sejarah di atas, bahwa Peradaban islam maju justeru karena keislaman penganutnya yang mendarah daging dan berwujud dalam kehidupan sehari-hari, dalam akhlak dan tingkah laku, dalam pemikiran dan bidang-bidang lainnya.
Sebaliknya, saat umat islam kehilangan identitasnya dan mencari Pendekatan lain dalam membangun Umat, hasilnya adalah apa yang kita lihat sekarang. Sayangnya dua dari tiga golongan yang telah disebut mengatakan bahwa kemunduran umat terjadi karena semakin dekatnya umat islam dengan agamanya, sama seperi dekatnya eropa dengan agamanya pada abad pertengahan.
Uniknya, tidak ada salah satupun dari sahabat nabi yang pernah mengatakan bahwa syarat kemajuan umat adalah menjauh dari islam, padahal mereka mengalami masa-masa kegemilangan islam (seharusnya mereka lebih berhak mengatakan demikian), yang ada malah sebaliknya. Umar pernah berkata "Kita adalah kaum yang telah Allah muliakan dengan islam, jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya, Maka Allah rendahkan kita".
di dalam hadits yang diriwayatkan Arbadh bin Sariya, dia berkata “Suatu hari Rasul memberi kami petuah setelah shalat isya dengan petuah yang benar-benar berbekas ke jiwa, petuah itu membuat air mata menetes, dan membuat hati bergetar, kemudian seseorang berkata ‘Ini petuah pepisahan, kalau begitu apa yang engkau nasehatkan pada kami, Wahai Rasulullah? Rasul berkata: ‘Aku nasehati kalian agar bertaqwa kepada Allah, agar mendengar dan taat, walaupun dia adalah seorang budak. Siapapun diantara kalian yang hidup sampai melihat banyak perselisihan/perbedaan, maka janganlah sekali-kali kalian membuat-buat hal yang baru (dalam perkara agama dengan segala segi dan bidangnya; bukan hanya dalam masalah Aqidah & fiqh), karena itu merupakan hal yang sesat, maka siapa saja diantara kalian yang mengalami hal ini, wajib bagi kalian (berpegang kepada) sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin yang terbimbing setelahku, gigitlah itu erat-erat dengan geraham kalian.”
Pendekatan Rasulullah saw adalah pendekatan yang pas dan mantap untuk kemajuan dalam segala bidang, itu pun jika direalisasikan benar-benar, bukan dibiarkan terselip diantara buku-buku atau mendekam dalam otak. Tanpa sadar, justru eropa lah yang lebih banyak merealisasikan prinsip-prinsip islam dalam kehidupan sehari-hari, karenanya pernah ada salah seorang ulama arab berkunjung ke salah satu negara eropa, dan dia terkejut dengan kondisi eropa yang begitu rapi, bersih dan tertib. Beliau berkata "Di Arab saya melihat banyak orang islam, tapi tidak melihat Islam, disini saya melihat Islam, tapi tidak melihat orang Islam." Mungkin ini salah satu rahasia kemajuan Eropa, kebaikan sekecil apapun mereka praktekan dalam kehidupan nyata. Islam memuat banyak konsep tentang kebaikan, tapi sayang, hanya menjadi sebatas teori. Umatnya lupa bahwa di dalam islam, yang paling bersifat teori sekalipun, pasti ada amal nyatanya.
Kesimpulan
Sebagian orang berkata bahwa kemajuan tidak ada hubungannya dengan beragama (religius) atau tidaknya sebuah bangsa, ya, saya setuju, jika religius yang dimaksud hanya sebatas pada pemahaman terhadap agama tapi nihil praktek. Sebagian mengatakan bahwa praktek nyata sudah cukup tanpa pemahaman agama untuk sebuah kemajuan, ya, saya setuju, jika yang dimaksud adalah seperti kemajuan beberapa negara yang juga termasuk distributor film porno terbesar. Religius yang diinginkan oleh islam adalah religius luar dalam, dan religius dengan segala makna yang terkandung di dalamnya. Ideal kan? Banget ^_^