Sabar; Sifat Seorang Dai Part 1


Tugas seorang dai lebih dari sekedar menunggu pujian atau celaan. Tugas asasi seorang dai adalah menyampaikan apa yang telah dibawa oleh Rasulnya – shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau tiba-tiba ada pujian, maka itu adalah bunga di tengah jalan, kalau ada celaan, maka itu adalah durinya, dan besar kemungkinan duri akan lebih banyak ketimbang taburan bunga. Itulah tabiat dakwah. Karenanya seorang dai dituntut memiliki sifat sabar. Keberadaan sifat ini di dalam dirinya merupakan salah satu jaminan paling utama akan bertahan atau tidaknya sang dai di jalan dakwah.

Masa-masa pelajaran tentang sabar sesungguhnya telah berlalu. Patutlah kita membuka kembali catatan-catatan pengajian kita, sebagian besar akan mendapati materi sabar disana.

Sebagaimana belajar menembak itu berbeda dengan menembak sasaran pada saat perang, seperti itu pula halnya sabar. Belajar tentang sabar berbeda dengan sabar itu sendiri; sabar ketika dicela, ditimpa musibah atau yang lainnya. Mirip seperti menembak sasaran kayu kemudian menembak sasaran makhluk bernyawa. Akan lain perasaan yang muncul.

Jalan panjang para dai akan senantiasa direcoki, baik itu oleh sesama saudaranya sendiri, maupun oleh mereka yang jelas terang-terangan memusuhi, dan inilah yang telah Hasan al Banna katakan dalam coretan-coretan kecilnya jauh-jauh hari sebelum coretan-coretan tersebut akhirnya terjadi.

Cukuplah bagi kita untuk mentadabburi satu ayat dari Al-Quran “Innallaha ma’as shabirin”. Bukan lagi presiden yang melindungi kita, dan yang mendukung kita, tapi Allah, pencipta presiden dan orang terhormat manapun di alam semesta ini. Tidak kah kita bangga ketika kita menjadi orang yang didekatkan oleh-Nya kepada-Nya?

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment