Masyarakat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza

Setelah perang tahun 1948, tanah yang tersisa tuk penduduk arab Palestina hanya sekitar 23% dari tanah mereka keseluruhan, tanah ini kemudian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama disebut Tepi barat, yang kedua adalah apa yang disebut dengan jalur Gaza.

Pada tahun 1948 penduduk tepi barat ada sekitar 1948 jiwa, dan karena ada pengusiran besar-besaran dari berbagai tempat di Palestina, maka tepi barat dipenuhi kemah-kemah pengungsi, ada sekitar 280.000 orang yang menempati camp-camp tersebut.

Disisi lain, jumlah penduduk Gaza ada sekitar 75.000, dan setelah terjadinya musibah tahun 1948 maka jumlah penduduk bertambah menjadi sekitar 200.000 di tahun 1949.

Perekonomian di Tepi barat dan jalur gaza tidak sanggup memikul bebal jumlah besar yang datang tiba-tiba ini, sebagaimana Yordan dan Mesir tidak sanggup menanggung kebutuhan infrastruktur para pengungsi ini. Ada ratusan ribu pengungsi tinggal dengan kondisi terpuruk, dan penderitaan yang tidak dapat digambarkan, menempati tenda-teda bertahun-tahun, merasakan sengatan panasnya musim panas, dan dingin beku nya musim dingin, hujan, rasa sakit, kehilangan pekerjaan dan penelantaran.

Walaupun demikan, para pengungsi dengan teguh tetap menolak tuk dipindahkan ke lain tempat. Hati mereka tetap terpaut dengan tanah kelahirannya. Kondisi yang serba tidak nyaman dan memungkinkan ternyata jusrtru malah membuat orang-orang palestina menggebu-gebu terhadap pendidikan dan kemapanan akademis, dan beberapa tahun kemudian presentasi pelajar-pelajar Palestina menjadi lebih baik dari negeri-negeri arab yang ada, dan bahkan menyamai pendidikan di negara-negara yang ada di benua eropa.

Dibawah tekanan yang berkepanjangan ini dan karena kebutuhan negara teluk akan kader-kader terdidik, dan tangan-tangan pekerja, juga karena munculnya minyak bumi, dan perkembangan ekonomo, maka banyak orang-orang Palestina yang pindah ke sana untuk memerbaiki kondisi mereka dan untuk turut berpartisipasi dalam mengembangkan negara tersebut. Wallohu’alam

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment