Palestina Sebelum Masa Fath Umar
Palestina merupakan sebuah wilayah di wilayah Syam Barat Daya. Para ahli sejarah berpendapat bahwa kehidupan manusia disana sudah bermula sejak zaman batu klasik (500 ribu – 14 ribu SM). Nama Palestina sendiri berasal dari nama bangsa pesisir di Asia Kecil yang pada abad-12 SM, mereka datang dan menetap di sepanjang pesisir Palestina. Sebelumnya, tanah tersebut dikenal dengan sebutan negeri Kanaan, bangsa yang paling dahulu menghuni wilayah ini sejak abad ke-25 SM.
Tahun 1800 SM Nabi Ibrahim datang ke Palestina untuk menyebarkan agama Tauhid. Ia pun menetap disana hingga sang "Kholilullah" ini wafat di Hebron. Sepeniggalan Nabi Ibrahim, penyebaran agama Tauhid dilanjutkan oleh anak cucunya, yaitu Nabi Ismail –yang kemudian hijrah ke Mekkah dan menetap disana-, Nabi Ishaq dan putranya Ya’qub yang dikaruniai dua belas orag putra. Kedua belas putra Nabi Ya'qub inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Bani Israel. Kata Israel sendiri merupakan julukan untuk Nabi Ya'qub.
Bani Israel kemudian memilih untuk bereksodus ke Mesir. Namun, disana mereka justru mengalami tekanan dan siksaan yang begitu pedih oleh para Fir’aun. Mereka baru kembali memasuki Palestina, ketika Nabi Musa membawa mereka kembali kesana. Bersama Joshua bin Nun yang menggantikan Nabi Musa pasca wafatnya, mereka memasuki Palestina. Mereka kemudian menetap disana selama 150 tahun dengan penuh tekanan dan cobaan hingga akhirnya Thalut memimpin mereka.
Bani Israel baru menikmati masa kejayaan ketika Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman memimpin mereka dibawah agama Tauhid selama kurun waktu delapan puluh tahun (1004 SM – 923 SM).
Sepeninggalan mereka, masa keemasan Bani Israel mulai pudar. Kerajaan mereka terpecah menjadi dua kerajaan yang selalu berselisih; kerajaan Israel dan Judas. Dalam perjalanannya, kedua kerajaan ini lambat laun melemah, tunduk pada kerajaan lain. Pada akhirnya kerajaan Israel hancur oleh penguasaan Asyuria di tahun 721, dan kerajaan Judas jatuh ke tangan Babilonia yang berhasil menakhlukkan wilayah tersebut, memporak-porandakan Al-Quds, meruntuhkan Haikal dan menahan lebih dari 40 ribu Yahudi pada tahun 586 SM.
Selanjutnya, hingga abad ke-5 masehi, wilayah Palestina dikuasai oleh Imperium-Imperium besar yang Berjaya pada zaman tersebut. Mulai dari Imperium Persia selama kurun 539 SM – 332 SM. Kemudian Yunani dalam rentang waktu 332 SM – 63 SM. Hingga Iperium Romawi yang pada dalam kurun 63 SM – 636 M berkuasa atas Palestina. Mereka lalu menghapus pemerintahan Yahudi di wilayah Al-Quds. Dan meskipun Yahudi berulangkali mengadakan perlawanan, namun Romawi selalu berhasil mematahkannya. Bahkan, sebagai akibatnya, Kaisar Romawi Hadrian melarang Yahudi memasuki wilayah Al-Quds. Keputusan ini tetap berlaku hingga 200 tahun berikutnya.
Dengan demikian, kekuasaan Bani Israel di atas tanah Palestina tidak lebih dari empat abad. Mereka juga hanya menguasai sebagian wilayah Palestina saja, dengan pemerintahan yang lemah dan kerap tunduk pada negara tetangga yang lebih kuat. Sementara dalam waktu yang bersamaan, Penduduk asli -keturunan Kanaan dan Palest- yang lebih dahulu tinggal di Palestina, masih tetap berada di tanah mereka, Palestina.
Tahun 1800 SM Nabi Ibrahim datang ke Palestina untuk menyebarkan agama Tauhid. Ia pun menetap disana hingga sang "Kholilullah" ini wafat di Hebron. Sepeniggalan Nabi Ibrahim, penyebaran agama Tauhid dilanjutkan oleh anak cucunya, yaitu Nabi Ismail –yang kemudian hijrah ke Mekkah dan menetap disana-, Nabi Ishaq dan putranya Ya’qub yang dikaruniai dua belas orag putra. Kedua belas putra Nabi Ya'qub inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Bani Israel. Kata Israel sendiri merupakan julukan untuk Nabi Ya'qub.
Bani Israel kemudian memilih untuk bereksodus ke Mesir. Namun, disana mereka justru mengalami tekanan dan siksaan yang begitu pedih oleh para Fir’aun. Mereka baru kembali memasuki Palestina, ketika Nabi Musa membawa mereka kembali kesana. Bersama Joshua bin Nun yang menggantikan Nabi Musa pasca wafatnya, mereka memasuki Palestina. Mereka kemudian menetap disana selama 150 tahun dengan penuh tekanan dan cobaan hingga akhirnya Thalut memimpin mereka.
Bani Israel baru menikmati masa kejayaan ketika Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman memimpin mereka dibawah agama Tauhid selama kurun waktu delapan puluh tahun (1004 SM – 923 SM).
Sepeninggalan mereka, masa keemasan Bani Israel mulai pudar. Kerajaan mereka terpecah menjadi dua kerajaan yang selalu berselisih; kerajaan Israel dan Judas. Dalam perjalanannya, kedua kerajaan ini lambat laun melemah, tunduk pada kerajaan lain. Pada akhirnya kerajaan Israel hancur oleh penguasaan Asyuria di tahun 721, dan kerajaan Judas jatuh ke tangan Babilonia yang berhasil menakhlukkan wilayah tersebut, memporak-porandakan Al-Quds, meruntuhkan Haikal dan menahan lebih dari 40 ribu Yahudi pada tahun 586 SM.
Selanjutnya, hingga abad ke-5 masehi, wilayah Palestina dikuasai oleh Imperium-Imperium besar yang Berjaya pada zaman tersebut. Mulai dari Imperium Persia selama kurun 539 SM – 332 SM. Kemudian Yunani dalam rentang waktu 332 SM – 63 SM. Hingga Iperium Romawi yang pada dalam kurun 63 SM – 636 M berkuasa atas Palestina. Mereka lalu menghapus pemerintahan Yahudi di wilayah Al-Quds. Dan meskipun Yahudi berulangkali mengadakan perlawanan, namun Romawi selalu berhasil mematahkannya. Bahkan, sebagai akibatnya, Kaisar Romawi Hadrian melarang Yahudi memasuki wilayah Al-Quds. Keputusan ini tetap berlaku hingga 200 tahun berikutnya.
Dengan demikian, kekuasaan Bani Israel di atas tanah Palestina tidak lebih dari empat abad. Mereka juga hanya menguasai sebagian wilayah Palestina saja, dengan pemerintahan yang lemah dan kerap tunduk pada negara tetangga yang lebih kuat. Sementara dalam waktu yang bersamaan, Penduduk asli -keturunan Kanaan dan Palest- yang lebih dahulu tinggal di Palestina, masih tetap berada di tanah mereka, Palestina.