Beberapa Perumpamaan Dari Imam Ghazali

Imam Ghazali berkata:
"Permumpamaan Akal yang sehat (akal yang bener) adalah seperti mata yang bebas dari penyakit, dan kerusakan. Adapun perumpamaan Al-Quran adalah seperti Matahari yang cahayanya terpancar".(Cetakan Nur Matbaasi, ankara -1962; hal: 2 point 10)

Ta'liq:
Jika demikian perumpamaan keduannya, maka adalah hal yang keliru ketika kita mencukupkan dengan salah satu dari keduanya, akal saja, atau Quran saja. Orang yang mencukupkan diri dengan Quran dan menolak akal, seperti orang yang memejamkan mata, walaupun matahari terang cahayanya, tetap saja gelap pandangannya. sama halnya dengan orang yang mencukupkan diri dengan akal dan menolak quran, maka ia seperti orang yang sehat penghlihatannya, tapi gelap di sekitarnya membuat ia tak dapat melihat apa-apa. Kedua-duanya tidak ada beda dengan orang buta.

Imam Ghazali berkata yang maknanya:
"Orang yang beriman seumpama orang yang diberitahukan padanya bahwa seekor binatang buas telah masuk ke rumahnya dan mengacak-ngacak seisi rumah. Walaupun itu baru kabar, tapi segera terbersit dibenaknya akan kemungkinan benarnya kabar tersebut, sehingga ketika kakinya melangkah hendak masuk ke rumah, tidaklah ia tergesa-gesa, tidak pula masuk seperti ayam, tapi langkahnya satu-satu, berhati-hati, pandangannya tajam benar-benar mengawasi."

-"Dan kematian adalah sesuatu yang pasti, tidak bisa tidak, maka bagaimana bisa seseorang tidak berhati-hati terhadap apa yang akan terjadi setelahnya?"- (Imam Ghazali;7)

Imam Ghazali berkata yang maknanya:
-"Orang yang memelajari sesuatu yang berlebih (baca: yang belum saatnya dipelajari), ibarat orang yang melihat ular tengah mendekatinya dan hendak menggigitnya, namun ia hanya diam terpaku pandangan pada si ular. Sebenarnya ia mampu untuk berlari menjauhinya, namun ia berdiam diri hanya untuk memastikan bahwa ular tersebut benar-benar mendekatinya, apakah itu dari arah kanan atau dari arah kiri? dan ini merupakan pekerjaan orang-orang bodoh lagi pandir, menyibukan diri dengan sesuatu yang belum saatnya untuk diketahui, dan melupakan yang inti."- (hal 8, nafsul kitabi)

Ta'liq: "Selama kita sudah tahu kalau itu ular, maka intinya adalah menjauh, tidak penting apakah ular mendekati dari arah kiri atau kanan! nanti saja diketahuinya setelah ada di tepat aman"

Dicatut Dari Kitab al iqtishad fil i'tiqad (Cetakan Nur Matbaasi, ankara -1962)

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment