Trinitas Keyakinan Membingungkan

Sebelum dibahas lebih jauh, kenapa judulnya "Trinitas Keyakinan Membingungkan. Maka kita perlu tahu masing-masing dari ketiga kata tersebut; "Trinitas", "keyakinan" dan "membingungkan".

Trinitas menurut salah satu versi pemaparan umat kristen adalah sebagai berikut:

Ajaran Kitab Suci mengenai Trinitas dapat diringkas sebagai berikut. Allah adalah Tiga-dalam-satu, dengan tiap Pribadi Tuhan adalah Allah yang sama dan selalu dan sepenuhnya. Masing-masing diperlukan, dan masing-masing berbeda, tetapi semuanya adalah satu. Ketiga Pribadi muncul dalam urutan yang bersifat sebab-akibat dan logis. Bapa adalah yang tak nampak, Sumber dari segala sesuatu, dinyatakan dalam dan oleh Putra, diejawantahkan dalam dan oleh Roh Kudus. Putra bermula dari Bapa, dan Roh dari Putra. Mengacu pada penciptaan Tuhan, Bapa adalah Pemikiran di atas semua itu, Putra adalah Sabda yang memanggilnya keluar, dan Roh adalah Perbuatan yang menyebabkannya menjadi kenyataan. Kita “melihat” Tuhan dan penyelamatan agung-Nya dalam Putra, Tuhan Yesus Kristus, kemudian “mengalami” kenyataan mereka dalam iman, melalui kehadiran Roh Kudus-Nya. (http://www.christiananswers.net/indonesian/q-eden/edn-t002i.html)

Keyakinan:
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.

Dengan demikian keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi, hanya saja karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.

Membingungkan/"bingung":
Kondisi ketika seseorang tidak paham sesuatu yang disebabkan adanya kontradiksi atau pertentangan, atau hilang akal dan yang seupa dengannya.

Bingung lebih khusus dari "tidak tahu", karena orang yang bingung belum tentu dapat dikatakan tidak tahu, tapi orang yang tidak tahu pasti bingung jika dihadapkan pada sebuah masalah yang memang tidak diketahuinya.

Dari paparan di atas, saya mencoba untuk menjelaskan, apa itu "Keyakinan yang membingungkan?". Keyakinan yang membingungkan adalah keyakinan yang didasarkan pada hal-hal yang mustahil, atau keyakinan yang pondasinya merupakan hal-hal yang mustahil (tidak mungkin ada dan terjadi secara akal). Contoh sederhananya adalah perkataan seseorang yang percaya bahwa "ada seseorang mungkin duduk dan berdiri pada satu waktu", contoh lain keyakinan seseorang bahwa ada sesuatu yang mungkin bergerak dan diam pada satu waktu, contoh lain: keyakinan seseorang bahwa satu itu dua dan dua itu satu.

Hakekat Trinitas
Diagram "Scutum Fidei" atau "Perisai Trinitas" dari simbolisme Kristen Barat tradisional.

Dari paparan di atas, sudah dapat dipahami bahwa maksud dari "Trinitas Keyakinan Membingungkan" adalah bahwasannya pondasi yang membangun keyakinan ini 100% hal yang mustahil terjadi dan ada secara akal, bukan termasuk hal yang tidak mampu dijangkau akal. Jika saya mengatakan bahwa ada manusia bisa terbang, mungkin kita tidak percaya, karena tidak masuk akal atau tak dapat dijangkau akal, tapi ketika ada orang berkata "Ada manusia yang sekaligus tuhan", tentunya orang akan bingung, kenapa? sebab sudah jelas, Manusia adalah yang dicipta (creature), bukan Pencipta (creator), pencipta bukan yang dicipta dan yang dicipta bukan pencipta! Tidak kah mengherankan kalau Allah menciptakan Maryam dan maryam melahirkan Tuhan? Kenapa Allah tidak mampu menciptakan Tuhan "yang lain" tanpa perantaraan Maryam? Lalu kenapa Tuhan butuh Tuhan lainnya? padahal jelas kalau tuhan itu "Maha", Maha mengetahui dan Maha Kuasa yang berarti pengetahuan dan Kuasanya Allah tidak terbatas, sekali lagi tidak terbatas (∞), dan adakah sesuatu yang lebih dari tidak terbatas (∞)?

Hakekat Trinitas

Jika Yesus adalah Tuhan yang menciptakan seperti yang dikatakan oleh Alkitab "Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya." (Yoh. 1:10), dan Yesus pernah mati 3 hari, maka siapa yang memberi manusia penghidupan selama tiga hari tersebut? Bukan kah Yesus adalah Allah dan Allah adalah Yesus?

Jika Allah adalah Yesus dan Yesus adalah Allah, kenapa Yesus mengeluh kepada Allah saat disalib?

Dalam Matius Pasal 27:46 disebutkan bahwa Yesus tidak rela atas apa yang terjadi pada dirinya dan mengeluh ke Allah:

“Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ yang berarti, ‘Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?”

Disebutkan pula dalam Lukas pasal 23:46 sebagai berikut:

“Lalu Yesus berteriak dengan suara keras, “Bapa! Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan diri-Ku!” Setelah berkata begitu, Ia pun meninggal.”

Keterangan dari Alkitab di atas menunjukan bahwa Yesus dan Allah adalah dua pribadi yang berbeda, Yesus berteriak mengeluh kepada Allah, artinya Allah bukan Yesus dan Yesus bukan Allah, lalu bagaimana umat kristiani dapat berkata "dengan tiap Pribadi Tuhan adalah Allah yang sama dan selalu dan sepenuhnya.", bagaimana 3 obyek yang berbeda dapat melebur jadi satu namun masih tetap merupakan satu obyek (pribadi) yang utuh? Apakah ini bisa dikatakan masuk akal, atau lebih tepat untuk dikatakan mustahil, dan tidak mungkin ada dan terjadi secara akal?

Keterangan lain yang membuktikan bahwa Yesus bukan Allah dan Allah bukan yesus adalah rumusan bahwa Allah adalah Firman dan Firman itu kemudian menjelma menjadi Yesus berdasarkan Injil Yohanes.

Jika Allah diyakini identik dengan Firman, lalu Firman tersebut menjelma menjadi Yesus, maka seharusnya Tuhan sudah tidak perlu lagi berfirman kepada Yesus. Sebab Firman itu sudah ada dan menjelma dalam tubuh Yesus. Tapi ternyata Allah masih sering berfirman (bersabda, bersuara, berbicara) kepada Yesus dengan firman-Nya:

“Kata Yesus: Sebab segala firman yang Engkau sampai­kan kepadaku telah kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku” (Yohanes 17: 8).

“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengar­lah suara dari sorga yang mengata­­kan: “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya­h Aku berkenan” (Matius 3:16-17)
Kedua ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Firman/Sabda/Kalam Allah tidak menjelma menjadi Yesus.

Begitu pula yang terjadi jika Roh kudus merupakan Allah, atau apa yang diklaim sebagai "pribadi" yang mempunyai kehendak, akal budi dan perasaan, yang berfungsi sebagai Penghibur dan Penasehat yang Yesus janjikan (Yohanes 14:16, 26; 15:26), jika seperti itu, maka umat kristiani memiliki gambaran bahwa ada Tuhan yang tanpa kesempurnaan (baca: tidak sempurna).

Penafsiran lain yang mungkin untuk tiga dalam satu adalah bahwa Allah itu satu dan selainnya adalah sifat, Yesus adalah firman-Nya, bapak adalah Allah itu sendiri, roh kudus adalah kehidupan Tuhan.

Penafsiran semacam itu lagi-lagi sama dengan mengatakan bahwa dalam keyakinan kristen membolehkan adanya Tuhan yang tidak sempurna, keyakinan semacam ini potensial untuk menjadikan apa saja sebagai tuhan, kucing bisa jadi Tuhan, Malaikat bisa jadi tuhan, bahkan kata-kata manusia bisa jadi tuhan. Jadi tuhan tidak perlu sifat-sifat tertentu; asalkan sesuatu itu adalah roh maka dia tuhan, asalkan sesuatu itu hidup maka dia juga tuhan, asalkan sesuatu itu adalah ucapan, maka dia juga tuhan.

Jika umat kristen mengatakan bahwa ketiganya (roh kudus, firman dan kehidupan Allah) harus dipahami sebagai Tuhan, diperlakukan layaknya tuhan, diyakini punya wujud dan kehendak, bukan sekedar firman, ruh dan kehidupan, maka mestilah masing-masing dari ketiganya juga punya kehidupan, bisa berfirman (berkata) dan punya roh, dan lagi-lagi kehidupan tersebut potensial (bisa) menjadi tuhan, sama potensialnya firman dan roh tuk menjadi tuhan. Sederhananya, ketika Allah berfirman dan firman Allah adalah Yesus, kemudian Yesus juga dapat berfirman, maka bukannya tidak mungkin firman Yesus kembali dapat berfirman, dan tidak ada yang dapat menghalangi kalau-kalau kemudian firmannya firman Yesus menjadi ikut-ikutan berfirman (menjadi tuhan), begitu seterusnya hal ini menyebabkan bolak-balik yang tak terhenti seumpama seorang pandir ditanya "Kenapa lampu tidak nyala?" dijawab "karena padam", kenapa padam "karena tidak nyala" dan seterusnya.

Terakhir yang perlu diketahui, perbedaan paling mendasar antara tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) selain dalam masalah keyakinan adalah bahwa jika agama Nasrani (kristen) lebih condong kepada hal yang bersifat rohani (ruhiyy), dan Yahudi lebih condong kepada hal yang bersifat materi (maadiy), maka islam menyeimbangkan keduanya, dari situ kenapa kenapa akal punya porsinya dalam islam, karena Allah Maha tahu, zaman semakin materil, dan manusia semakin mengabaikan hal-hal yang bersifat rohani, dan karena itulah Allah swt mengutus Nabi Muhammad saw sebagai penyempurna syariat (pengajaran) Yesus (Isa), Musa, dan para nabi sebelumnya.

Kesimpulannya: memergunakan akal dalam melihat "agama" tidak melulu berarti mengurai sesuatu itu dengan prespektif kemanusiaan, tergantung apa yang dilihat dan tergantung bagaimana cara memergunakan akalnya, karena dalam islam pun ada hal-hal yang ta'aquliy (yang dapat dicerna secara logis), dan ada hal yang ta'abudiy (yang menuntut pemeluknya untuk tunduk patuh tanpa mencoba menjangkau dengan akalnya), namun sekali lagi, dalam Islam tidak ada hal-hal yang MUSTAHIL ada/terjadi secara logika. Keyakinan dalam agama kami sepenuhnya dibangun diatas pondasi nalar yang sehat, boleh jadi ada yang tidak/belum masuk akal, namun sama sekali tidak keyakinan yang mustahil ada/terjadi. Wallohualam bis shawab.

Comments
5 Comments

5 comments:

  1. memang masuk di akal,tetapi satu disana hanya bilangan bukan dzat

    ReplyDelete
  2. 1 dzat tak ada lainnya
    seperti bilangan ada 1 2 3 dst
    jadi ALLOH SWT satu bukan karena tidak 2 atau 3
    tapi satu dalam kata dzat bukan bilangan

    ReplyDelete
  3. Untuk menyelesaikan perdebatan, harus merujuk langsung pada bahasa aslinya. Ada perbedaan antara AL WAHID dan AL AHAD.

    Dalam surat Al-Ikhlas disebutkan bahwa ALLAH itu AL AHAD bukan AL WAHID. Karena tidak ada padanan kata yang mewakilkan dalam bahasa Indonesia maka kita mengatakannya dengan ESA atau SATU.

    Namun sejatinya, AL AHAD itu beda dengan AL WAHID. Jika al wahid menunjukan BILANGAN 1 yang artinya setelahnya ada DUA, maka AL AHAD itu Esa yang tak ada Tuhan lain setelahnya. Jadi dalam hal ini saya sepakat dengan obat diabetes aman ampuh & pelangsing paling manjur.

    Karena Al AHAD disebutkan dalam kategori sifat, bukan dzat, maka saya lebih memilih untuk mengatakan bahwa SALAH SATU SIFAT yang BAIK (asma ul husna) bagi Allah adalah AL AHAD.

    Jika kita mengatakan bahwa DZAT ALLAH itu satu, mungkin maksud dan niatannya baik, namun barangkali ada KESEAKANAN yang negatif, BOLEH jadi nanti ada orang semprul bakal bilang KENAPA gak NOL aja? SATU kan masih bisa DIBAGI jadi setengah?

    Oleh karena itu para ULAMA mengatakan BAHWA dalam masalah SIFAT ALLAH itu TAUQIFIYYAH (mesti berdasar dalil quran dan sunnah). Karena tidak ada satupun keterangan bahwa Allah menamakan dirinya dengan MAHA NOL, maka ide SEMPRUL itu dikatakan mengada-ngada, dan sesuatu yang mengada-ngada, apalagi dalam masalah AKIDAH, salah-salah dicap sebagai ORANG SESAT.

    Kesimpulannya:

    KITA TERIMA SIFAT-NYA BAHWA DIA ITU AL AHAD, tanpa perlu memerdebatkan lebih jauh bagaimana dan seperti apa HAKEKAT dari al ahad itu, apakah BILANGAN, ZAT atau SIFAT. Perdebatan semacam ini menurut para ULAMA dinilai kontraproduktif.

    ReplyDelete