Bidadari Surga Bermain Cabul?

Sebuah Jawaban Atas Gugatan Kristen

Bidadari surga Islam cabul pelacur
Perbedaan mendasar antara surganya Kristen dan Islam adalah kenikmatan surga dalam Islam berupa kenikmatan jasmani dan rohani, adapun dalam agama Kristen hanya rohani saja, penghuni surga dalam pandangan Kristen hidup seperti kehidupannya malaikat.

Seringkali Kristen menggambarkan interaksi penghuni surga dan para bidadari di dalamnya seperti interaksinya lelaki cabul dan para pelacur, kotor menjijikan dan hina. Sayangnya surga islam dan bidadari yang mereka gambarkan lebih mewakili isi pikiran mereka ketimbang surga dan bidadari yang umat islam pahami dan yakini.

Mereka juga sering mengutip hadits-hadits tentang surga dalam Islam dengan serampangan atau mengutip dari sembarang sumber yang belum tentu valid (shahih), seperti dalam kitab sunan (sunan tirmidzi, abu dawud dll) yang berisi kumpulan hadits dengan pelbagai derajat (Shahih: valid, dhaif: lemah dll).

Permasalahan surga dan neraka merupakan permasalahan supra rasional (belum masuk akal), atau kami biasa mengkategorikannya ke dalam sam’iyyat[1] yang merupakan salah satu bagian dari yang empat[2] dalam akidah (keyakinan) umat islam. Para ulama Islam telah bersepakat bahwa hanya hadits yang tidak lemah (dhaif) saja yang dapat dijadikan landasan dalam permasalahan akidah.

Inilah alasan kenapa mengutip dan mencatut sembarangan dari kitab-kitab hadits tak dapat diterima. Pembicaraan tentang surga dan neraka harus dimulakan sesuai dengan apa yang Allah firmankan di dalam Al-Quran, kemudian dua kitab hadits yang valid setelahnya (Kitab Shahih Bukhari dan Muslim).

Kristen membayangkan bahwa adanya interaksi antara penghuni surga dan para bidadari mesti menimbulkan hal-hal yang biasa terjadi di kehidupan dunia layaknya lelaki dan perempuan ketika keduanya sampai pada tahap hubungan intim. Cara berfikir seperti ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kehidupan surga sama seperti kehidupan dunia, artinya jika manusia makan, maka ia berak, jika manusia berhubungan intim, maka ia mengeluarkan “kotoran” (mani dll).

Umat Islam meyakini adanya “Kenikmatan jasmani” di surga dengan berbagai sebabnya tanpa disertai dengan “Konsekuensi logis” dari kenikmatan tersebut. Dengan demikian, bagi kami di surga itu ada makan, minum, dan hubungan intim tanpa disertai rasa lapar, haus , lendir, kotoran dan hal-hal lain yang berkaitan, kami pun meyakini adanya rasa cinta tanpa bosan, romantis tanpa batas waktu dan hal-hal lain yang dikatakan sempurna dengan segala makna yang terkandung di dalamnya.

عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَأْكُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَبُولُونَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَاكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ».
[صحيح مسلم 8/ 147]

Dari Ibn Juraij: “Aku telah diberitahukan oleh Abu Zubair bahwasannya dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Para penghuni surga akan makan dan minum di dalamnya, tidak buang air besar dan tidak mengeluarkan ingus, tidak pula kencing, tetapi makanan yang mereka makan (akan menjadi) sendawa yang wanginya seperti kesturi (misk), akan diilhamkan kepada mereka tasbih (ucapan subhanallah: maha suci Allah) dan tahmid (ucapan Alhamdulillah: segala puji bagi Allah) seperti halnya mereka bernafas.” (HR. Muslim)

عن سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ، يَقُولُ: شَهِدْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجْلِسًا وَصَفَ فِيهِ الْجَنَّةَ حَتَّى انْتَهَى، ثُمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِرِ حَدِيثِهِ: «فِيهَا مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ» ثُمَّ اقْتَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ، فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
[السجدة: 17]
[صحيح مسلم 4/ 2175]

Dari sahl bin sa’ad as sa’idiy, beliau berkata: “Aku pernah menyaksikan Rasulullah saw dalam sebuah majelis, disitu beliau menjelaskan surga sampai selesai, kemudian di akhir pembicaraannya beliau berkata: ‘Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dibenak manusia,’ kemudian beliau membaca ayat ini (yang artinya): ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa pada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakan dari sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka. Maka tidak seorang pun tahu apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (sebagian nikmat) yang menyejukan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”. (HR Muslim)

Inilah makna kesempurnaan dalam Islam, bahwa sesuatu tidak dikatakan sempurna kecuali jika “Sesuatu” itu melingkupi dan mencakup semua yang terkait dengannya. Jika kenikmatan itu ada dua, “Rohani” dan “Jasmani”, maka mengambil salah satunya saja tidak dapat dikatakan sempurna.

Jika Kristen meyakini bahwa surga mereka hanya mencakup kenikmatan rohani saja, berarti surga dalam pandangan Kristen tidak sempurna.

Kenyatannya dalam alkitab sendiri terdapat beberapa keterangan tentang kehidupan surga yang mencakup kenikmatan jasmani. Berikut beberapa keterangan tersebut:

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia (Adam): ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2: 16-17)

Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: ‘Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar. Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." (Lukas 14: 12-15)

Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. (Lukas 22: 29-30)

Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6: 27)

Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.” (Yohanes 6: 32)

Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Matius 19: 29)

Sudah barang tentu sebagian atau semua dari keterangan ini pada akhirnya ditafsirkan dan dikait-kaitkan dengan kenikmatan rohani oleh umat kristiani, meskipun maksudnya teramat jelas, yang demikian itu terjadi karena mereka tidak mempunyai kaidah urgen dalam menafsirkan setiap kata pada alkitab sebagaimana Islam memiliki kaidah “al ashlu fil kalam, al haqiqah”, yang sebenarnya dari setiap perkataan itu adalah hakekat, bukan majaz[3] . Sebagai contoh, kalimat “akan menerima kembali seratus kali lipat…” pada Matius 19: 29 tidak terlihat jelas kecuali jika yang dimaksud dengan “Seratus kali lipat” adalah “Seratus kali lipat dari yang ditinggalkan berupa benda-benda yang bersifat materil”, singkatnya pengorbanan materil layak jika dibalas dengan materil, bukan dengan non materil. Begitulah akal sehat manusia menerimanya, bahwa seseorang yang berkerja di sebuah perusahan tentunya tidak dapat menerima jika upah bulanan yang diberikan perusahannya bukan sesuatu yang bersifat materil.

Apakah berarti Islam agama yang menempatkan amal sebagai "Harga" untuk masuk surga?

Tidak, Islam tidak menempatkan amal seperti harga yang harus dibayar agar bisa masuk surga, tapi amal adalah sebab. Allah berfirman dalam surat Al-'Araf 43:

تلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون

Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. 7:43)

Orang yang melaksanakan sebab-sebab (masuk surga) belum tentu masuk surga jika ternyata Allah mengetahui bahwa tersembunyi di hatinya kekufuran, seperti Ubay bin Salul, seorang munafik yang tak terlewat salat subuhnya satu shaf dengan para sahabat Rasul saw, namun dia akan menjadi salah seorang penghuni neraka.

Jika amal dikatakan sebagai harga, ada keseakanan bahwa surga itu bisa diraih dengan sekedar beramal tanpa meninjau faktor lain (niat, ikhlas, dll), dan Rasulullah saw menafikan hal ini dalam sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا يَدْخُلُ أَحَدُكُمُ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ " قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: " وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ وَفَضْلٍ "

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: "Rasulullah bersabda: 'Amal tidak (menjadi harga untuk) memasukan seseorang di antara kalian ke dalam surga.' Para sahabat bertanya: 'Tidak pula anda wahai Rasulullah saw?' Beliau menjawab: “Ya, saya pun tidak, kecuali Allah menganugerahkan rahmat kepadaku". (Musnad Imam Ahmad – Hadits Shahih)

Islam adalah agama yang memanusiakan manusia, karenanya balasan yang Allah berikan pun manusiawi dan wajar bukan bersifat kemalaikatan. Manusia ingin harta, manusia ingin wanita, manusia ingin kehidupan yang nyaman, manusia ingin isteri yang cantik dan suci. Semua itu Allah berikan disebabkan ketaatan mereka; mereka menginfakkan sebagian hartanya untuk fakir miskin, mereka mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah dan seterusnya. Semua ini sangat tidak mustahil bagi Allah.

Tidak diketahui secara pasti apa sebenarnya tujuan penganut Kristen menggugat surganya islam dengan sedikit penyimpangan, mereka juga suka mengait-ngaitkannya dengan surga agama Hindu dan Budha. Boleh jadi sebenarnya mereka ingin mengatakan bahwa model surga semacam ini mustahil, jika benar demikian, mereka tidak mengerti definisi dari mustahil, lebih jauh lagi, mereka tidak dapat membedakan antara “Tidak masuk akal” dan “mustahil”, atau mereka ingin mengatakan bahwa cerita tentang Tuhan menciptakan maria dan maria melahirkan Tuhan lebih masuk akal ketimbang surganya Islam?

wallahu’alam
Cairo, 26 April 2013
_____________________
[1]
Sam’iyyat: Segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan kemudian (barzakh, hisab, surga dan neraka).
[2]
 1. Ilahiyyat: Semua yang terkait Allah dan sifat-sifatnya, 2. Nubuwwat: Semua yang terkait Nabi dan Rasul, 3. Ruhaniyyat: Semua yang terkait kehidupan kasat mata sperti Jin dan Malaikat, 4. Sam’iyyat.
[3]
 Sebuah kata tetap pada hakekatnya sebelum didapati tanda yang menunjukan bahwa maksud dari kata tersebut bukan yang sebenarnya. Seperti kata “Singa” pada kalimat “Singa itu datang dan mengancam akan membunuhnya jika ia tidak membayar uang”.

Comments
6 Comments

6 comments:

  1. Bukan masalah masuk akal atau tidak masuk akal. Sebatas yang kita tahu bahwa surganya islam dan surganya kristen berbeda. Perkataan Allah Swt dengan perkataan Allah Bapa berbeda. Perkataan malaikat Jibril dengan malaikat Gabriel berbeda, bukti dan saksi Yesus dengan Muhammad sangat jauh berbeda, persamaan kedua agama sedikit sekali mungkin bisa dibilang tidak ada, . Oleh karena itu siapapun walaupun dia seorang pendeta, kalau ingin masuk surganya islam, segeralah mualaf ! Jika ada pastur masuk islam atau mualaf, maka keinginannya langsung dapat kita baca . Kalau umat kristen tetap setia menjadi kristen, maka keinginannya mau masuk surga yang mana, dapat juga kita tahu. Kalau ternyata surga itu nanti satu, tentang surga siapa nanti yang benar, ya itu urusan nantilah. Walau sebenarnya taruhannya adalah kehidupan akhirat ya apa boleh buat.

    ReplyDelete
  2. Kalau ada penganut kristen yang menggugat atau mengkritik surganya islam, itu namanya kristen kurang diajar. Kalau ada penganut kristen mau berdebat dengan umat islam, itu namanya kristen kurang kerjaan. Mengapa ? Karena kristen menganggap islam itu AGAMA TIDAK ADA. Baik dalam buku suci kristen, maupun Yesus tidak pernah mengucapkan sengkemulut pun tentang islam. Begitu juga halnya dengan islam. Kalau mau berdebat dengan umat kristen, berarti anda pelupa, kalau umat islam mengkritik ajaran atau isi buku suci kristen, berarti anda bodoh. Mengapa ? Karena islam menganggap kristen itu KAFIR. Ngapain anda ngotot berdebat dengan yang anda anggap kafir ? Apa lagi anda mengejek, itu namanya anda kurang kerjaan. Sudah anda anggap kafir kok dilawan? Orang kafir rela masuk neraka asal bersama Yesus mereka sangat yakin neraka itu akan menjadi dingin dan sejuk. Islam juga rela masuk neraka asal bersama Muhammad kan ?

    ReplyDelete
  3. @Kembaren Liang Melas

    Mohon maaf mbak/mas sebelumnya saya katakan bahwa tulisan ini diperuntukan untuk muslim, sebagai counter sebagian penganut kristen yang menggugat surganya islam. Sebagai seorang muslim, saya tentu punya kewajiban untuk menjelaskan seperti apa sesungguhnya persepsi yang benar mengenai surganya islam.

    Perkataan mbak/mas bahwa islam dan kristen tak ada persamaannya, saya tidak sepenuhnya setuju. Jika mbak/mas seorang kristiani coba komparasi ajaran alkitab dan Al-Quran, setidaknya disitu ada kesamaan, inilah yang kami sebut dengan "SISA-SISA KEBENARAN". Jadi keliru jika umat islam tidak menerima alkitab; mengkritik berbeda dengan mendustakan. Dalam rukun imannya, umat islam meyakini bahwa Allah pernah menurunkan sebelum Al-Quran beberapa kitab; Taurat kepada Musa, Injil kepada Yesus, Zabur kepada Daud. Hanya saja, kami tidak menerima sepenuhnya karena keterangan dalam agama kami menyatakan bahwa alkitab sudah dirubah dan diselewengkan, sehingga jauh dari aslinya.

    Jika memang kristen dan islam tak ada persamaan (islam tidak merasa terusik dengan keyakinan kristen yg menyatakan yesus anak Tuhan), lantas apa maksud debat-debat pendeta kelas dunia dengan ulama islam? Tentu mbak/mas tidak bisa menyebut mereka BODOH begitu saja.
    ....... continue

    ReplyDelete
  4. Jika Yesus itu bukan isa, tentu berarti kami (umat islam) buang-buang waktu mengkritisi alkitab, meluruskan pemahaman umat kristiani. Kami berbicara, kami menulis tentang Yesus, karena Yesus adalah Isa, dan isa adalah Nabi. Yesus berasal dari Nazaret, sebuah daerah di Palestina (Yerussalem), pun begitu pula Isa, berasal dari Nashara (sebuah daerah di yerussalem), keduanya adalah pribadi yang sama, lahir dari seorang perawan bernama maria (maryam). Isa dijuluki dengan al masih, pun demikian pula yesus, dijuluki kristus (al masih dalam bahasa arab)


    Dalam perjalanan hidupnya Isa selalu dikejar dan diburu hendak disalib. Disinilah letak perbedaannya, kristen menganggap kalau isa tertangkap dan di salib, sedangkan islam meyakini kalau yang disalib bukan isa (yesus). Allah berfirman:

    "dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (Surat An-Nisaa: 157)
    ..... continue

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Bagi kami, keyakinan tak boleh dibangun di atas pondasi keraguan dan prasangka. Jika mbak/mas seorang kristiani, saya tanya satu hal "Apa mbak/mas sudah memelajari dengan benar akan ketuhanan yesus?", "Apa beliau benar2 Tuhan, atau Nabi yang di utus?", "Adakah satu keterangan dalam alkitab bahwa Yesus pernah mengatakan bahwa dirinya Tuhan?", "Siapa bapa yang seringkali Yesus sampaikan". Maksud saya, keyakinan itu bukan hanya didasarkan pada feeling; keyakinan kuat saja tidak cukup, tapi apa keyakinan tersebut sesuai dengan realitas (sejarah, dll), dan apa keyakinan itu tumbuh karena memelajari banyak bukti, atau warisan nenek moyang? Saya seorang muslim, dan saya memelajari beberapa agama, membuka kitab mereka, dan tak pernah sedikitpun ragu akan agama saya.

    “Katanya kepada mereka: ‘Apakah itu?’ Jawab mereka: ‘Apa yang terjadi dengan YESUS ORANG NAZARET. DIA ADALAH SEORANG NABI, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.” (Lukas 24: 19)

    Bagi saya Yesus seorang Nabi, dan Nabi baik dalam definisi kristen maupun islam adalah orang yang diutus Tuhan. Artinya Yesus bukan Tuhan. Ketuhanan Yesus adalah sesuatu yang dipaksakan dan dirundingkan dalam konsili nicea. Apakah Tuhan perlu dirundingkan status ketuhanannya?

    Satu lagi, ini diluar tema pembahasan. Saya ingin mengatakan bahwa seseorang itu dapat dinilai dari bagaimanna ia berbicara atau menyampaikan pesannya. Sekalipun kita berbeda agama, perlu kiranya sikap santun dalam tutur kata dipraktekan, terutama kita orang indonesia yang mengenal tatakrama. Jika di dalam keranjang hanya ada bangkai tikus, tentu bau yang keluar hanya bangkai. Sama halnya dengan mulut yang merupakan cerminan dirinya. Saya kira tidak perlu ada judge "BODOH", "KAFIR". Dua kata semacam itu memecah belah kerukunan antar umat beragama. Dan perlu diketahui, umat islam punya penyebutan sendiri khusus untuk orang kristen dan yahudi, dan itu bukan kafir, melainkan ahlul kitab (orang-orang yang mempunyai kitab samawi, terlepas apa sudah dirubah atau dipercaya belum dirubah). Sekian.

    ReplyDelete