ILMU YANG BELUM DIBUTUHKAN

Ada sebuah perumpamaan dari Imam Ghazali. Beliau berkata:
Orang yang memelajari sesuatu yang berlebih (baca: yang belum saatnya dipelajari), ibarat orang yang melihat ular tengah mendekatinya dan hendak menggigitnya, namun ia hanya diam terpaku pandangan pada si ular. Sebenarnya ia mampu untuk berlari menjauhinya, namun ia berdiam diri hanya untuk memastikan bahwa ular tersebut benar-benar mendekatinya, apakah itu dari arah kanan atau dari arah kiri? dan ini merupakan pekerjaan orang-orang bodoh lagi pandir, menyibukan diri dengan sesuatu yang belum saatnya untuk diketahui, dan melupakan yang inti.
Zaman ini berbeda dengan zaman para ulama, salah satu perbedaannya adalah, zaman ini menuntut serba cepat dan tepat, dan tentunya tidak melupakan kualitas.

Dalam hal menuntut ilmu pengetahuan, pun kita harus mengetahu mana ilmu yang tepat untuk kita pelajari. Memelajari ilmu yang sebenarnya tidak dibutuhkan saat ini, menurut Imam Ghazali, seperti melihat ular
berbisa. Alih-alih berlari menyelamatkan diri, malah diam terpaku, untuk sekedar mengamati, dari arah mana si ular datang. Jelas ini merupakan tindakan bodoh dan pandir.

Tidak semua hal yang disebut ILMU PENGETAHUAN lantas harus kita pelajari. Bagi seseorang yang belajar agama Islam dan mendalami beberapa bidang Ilmu terkait dengan agama ini, perkataan Imam Ghazali itu akan lebih terasa.

Zaman dan tempat mempunyai kebutuhan masing-masing. Seandainya kita belajar seni vokal pengucapan huruf dalam bahasa arab tidak dibutuhkan oleh tuntutan zaman dan tempat, maka memelajarinya sampai detail dan mendalam bukanlah hal bijak.

"AMAL" semestinya menjadi dasar pilihan memelajari ilmu tersbut. Maksudnya, apakah ilmu tersebut bisa langsung diamalkan? Bisa langsung berguna bagi masyarakat? Bisa mengubah kondisi sosial? Atau hanya teori-teori tanpa amal?

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment