Kenapa Masalah Ada?

Sebuah cerita saya yakin sudah sering kawan-kawan dengar, cerita tentang seekor kepompong yang meliuk-liuk, nampaknya sang calon kupu-kupu hendak keluar, namun ia mendapat sedikit kesulitan. Seorang anak yang melihat hal tersebut, akhirnya membawa kepompong dan membantu ia untuk keluar dengan mengerat kulit kepompongnya. Sang kupu-kupu akhirnya bisa keluar, terbangnya rendah dan sesaat kemudian mati.

Di belahan dunia lain, hal yang sama terjadi pada calon kupu-kupu lain, namun malang, tak ada yang membantunya untuk keluar. Sekalipun demikian, akhirnya ia sanggup keluar, terbang dan menjadi kupu-kupu yang sempurna.

Tentu kita sudah tau tentang apa cerita itu? Ya, cerita itu berbicara tentang masalah. Ketika kita dapat masalah dan tak ada yang membantu meringankan, maka sesungguhnya Allah ingin menjadikan kita sesuatu yang indah, sama seperti ulat kepompong itu. Untuk menjadi kupu-kupu ia mendapat masalah. Masalah itu menempanya, sampai akhirnya ia menjadi kupu-kupu yang indah.

Jadi, dengan adanya masalah sebenarnya manusia diberi kesempatan untuk menempa diri, menaiki tangga kedewasaan. Polanya sama seperti manusia, ketika lahir ke dunia, saat balita ia berusaha belajar merangkak, kemudian akhirnya bisa berjalan.

Masalah adalah realita yang bertentangan dengan keinginan. Misalkan, hari ini kita punya rencana menjemur pakaian supaya kering, namun ternyata hujan. Inilah masalah. Kita bisa sumpah serapah, atau bisa bersyukur, karena hujan turun. Kita bisa marah-marah, atau bersabar dan mencari solusi lain.

Dalam Islam, Masalah adalah sarana untuk sampai pada perbuatan terbaik, amal terbaik, "Linabluwakum ayyukum ahsanu amala", agar kamu diuji, siapa yang amalnya paling baik. Jadi justeru keberadaan masalah ini untuk mendokrak, untuk mendorong manusia agar maju.

Semua hal yang terbaik, pasti punya pajak yang harus dibayar, dan pajak itu adalah "masalah". Sedangkan hal buruk tak menuntut apapun kecuali "Bersenang-senanglah, hiraukan masalah, ambil lah minuman keras kalau kamu stress!"

Oleh karena itu dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: "Surga itu dihalangi oleh sesuatu yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka dihalangi oleh sesuatu yang tidak menyenangkan".

Kalau berbicara tentang enak yang mana, jelas MELANJUTKAN TIDUR, lebih enak ketimbang bangun solat subuh, jelas ikut ajakan berzina lebih enak ketimbang menjauhinya, ikut mabuk-mabukan jelas lebih enak ketimbang menjauhinya. Karenanya, kalau jalan ke neraka dan surga itu diibaratkan, yang pertama seperti jalanan menurun tanpa kesulitan, namun di akhir ada jurang mematikan. Yang kedua seperti jalanan terjal, mendaki dengan medan yang sulit, diakhir ada taman edelweis yang indah bukan buatan.

Sebenarnya Allah tidak melarang seseorang untuk bersenang-senang, yang dilarang adalah KEBABLASAN! pertanyaannya: apakah mabuk-mabukan dikatakan senang-senang? Tentunya bagi SEORANG MUSLIM, jawabannya adalah "Tidak!". Apakah berzina termasuk bersenang-senang, lagi-lagi jawabannya "Tidak!!", bagi seorang muslim.

Senang-senang itu punya ketentuan dan aturan dalam ISLAM. Senang-senang yang mengabaikan syarat dan ketentuan agama, KEBABLASAN namanya, bukan lagi kesenangan. Mabuk-mabukan dan zina jelas sudah keluar dari batasan senang-senang yang dibolehkan berdasarkan ketentuan agama.

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment