Ajaran Kebenaran itu Bernama ISLAM
Ajaran
kebenaran sebelum datang Nabi Muhammad saw, belumlah berbentuk sebuah kesatuan
utuh di seluruh belahan bumi dengan kepemimpinan dan negara, pun belum diberi
nama. Sifatnya masih personal, dibawa dan disetafetkan dari Nabi ke Nabi
lainnya, dari Nuh sampai Isa ‘alahihimus salâm, dengan pengikut yang
terbatas (kaum tertentu) dan syariat yang belum komprehensif (lengkap dan
menyeluruh).
Saat Beliau saw
di utus, ajaran Kebenaran itu diberi nama ISLAM, nama yang sebenarnya tidak
asing, dan bukan diambil dari nama daerah seperti NASRANI yang diambil dari
nama desa di palestina; NASHARA (NAZARET), atau YAHUDI yang diambil dari nama
salah satu kabilah bani Israel (YAHUDZA).
“Pada hari
ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al-Maidah: 3)
Nama Islam
merupakan Nama yang diekstrak dari inti PERJUANGAN PARA NABI. Salah seorang
Nabi Bani Israel, bernama Yeremia, tatkala fenomena mengaku-ngaku Nabi merebak,
dan orang-orang dibingungkan dalam menentukan mana YANG BENAR-BENAR seorang
NABI, dan mana yang mengaku nabi (palsu), memberikan sebuah kaidah atau
petunjuk bagaimana cara membedakannya:
“Seorang
Nabi yang bernubuat (yang menyampaikan wahyu dari Allah) tentang syalom
(tentang Islam), dapat langsung diketahui bahwa Allah telah benar-benar
mengutusnya ketika nubuat itu digenapi (apa yang ia sampaikan jadi kenyataan),”
(Yeremia 28:9)
Mukzizat atau
keajaiban bukanlah standar yang pasti untuk membedakan Nabi asli dan palsu,
karena keajaiban yang diperlihatkan bisa saja merupakan bantuan dari Setan
(sihir), karena itu, Nabi Yeremia lagi-lagi berkata:
“Apabila di
tengah-tengahmu muncul seorang Nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan
kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang
dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah
lain, yang tidak kau kenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah
engkau mendengarkan perkataan Nabi atau pemimpi itu; sebab Tuhan, Allahmu,
mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Nabi atau pemimpi itu
haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap Tuhan, Allahmu,
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari
rumah perbudakan dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang
diperintahkan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kau
hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.” (Ulangan 13: 1 – 5)
Selain sebuah
kaidah untuk membedakan Nabi asli dan palsu, keterangan di atas juga menunjukan
bahwa para Nabi, sejatinya, mengabarkan tentang ISLAM, tentang kepatuhan, serah
diri, dan ketundukan Mutlak kepada Allah yang Esa saja, termasuk Yesus (Isa)
sendiri, yang selama ini diklaim sebagai Tuhan. Nyatanya beliau adalah seorang
Nabi:
“Katanya
kepada mereka: ‘Apakah itu?’ Jawab mereka: ‘Apa yang terjadi dengan YESUS ORANG
NAZARET. DIA ADALAH SEORANG NABI, yang berkuasa dalam pekerjaan dan
perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.” (Lukas 24:
19)
Lebih jauh
lagi, tidak ditemukan satu keterangan pun di dalam alkitab (bible) bahwa
Yesus pernah berkata, “AKU TUHANMU, SEMBAHLAH AKU!” yang ada malah:
“Dan Iblis
membawanya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya
semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya: ‘Semua itu
akan kuberikan kepadamu, jika Engkau sujud menyembah aku.’ Maka berkatalah
Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: ENGKAU HARUS MENYEMBAH
TUHAN, ALLAHMU, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
(Matius 4:8-10)
Semua hal yang telah
dipaparkan diatas, senada (tidak bertentangan) dengan apa yang ada di dalam
Al-Quran, ditegaskan berkali-kali dan dalam banyak ayat, bahwa inti ajaran Para
Nabi adalah ISLAM, sekalipun ajaran yang mereka bawa belum dinamakan dengannya.
Berikut beberapa keterangannya:
- Allah berfirman tentang perkataan Nuh kepada kaumnnya: “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang muslim (yang berserah diri kepada-Nya)”. (QS. Yunus: 72)
- Allah berfirman mengisahkan doa Ibrahim dan Ismail: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami yang tunduk patuh kepada Engkau”. (QS. Al – Baqarah: 128)
- “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (muslimun).” (QS. Al – Baqarah: 133)
- Allah berfirman mengisahkan tentang wasiat Nabi Yakub dan Ibrahim kepada anak-anaknya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al – Baqarah: 132)
- “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani (Kristen), akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS. Ali – Imran: 67)
- Allah berfirman mengisahkan perkataan Musa: “Berkata Musa: ‘Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim (orang yang berserah diri).” (QS. Yunus: 84)
- Allah berfirman mengisahkan perkataan Isa (Yesus): “Maka tatkala Isa mencium gelagat keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang islam (yang berserah diri).” (QS. Ali – Imran: 52)
- Allah berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali – Imran: 52).
- “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali – Imran: 85).