Apakah Kristen Harus Dimusuhi & Diperangi?
Islam tidak memosisikan umat beragama lain sebagai musuh yang pantas diperangi (jihad), kekafiran bukan sebab memusuhi apalagi memerangi. Kezaliman lah yang pantas dimusuhi dan diperangi. Hal ini perlu diutarakan, khawatir muncul anggapan bahwa agama kristen dan yahudi itu musuh. Bukan karena agamanya lantas kita memusuhi, tapi karena sikap penganut agamanya yang zalim.
Artinya jika ada diantara mereka yang moderat (bijak), tidak membenci, maka mereka adalah saudara, setidaknya saudara dalam hal kemanusiaan.Sehingga jika perang terpaksa terjadi, tidak lantas membabi-buta, dan menghewankan manusia. seperti yang pernah umat kristiani lakukan pada perang salib.
Apa yang mereka lakukan terhadap umat islam ketika kemenangan memihak mereka?
Saking banyaknya muslim yang dibantai Fulcher of Chartress menyatakan, bahwa darah begitu banyak tertumpah, sehingga membanjiri setinggi mata kaki: “If you had been there your feet would have been stained to the ankles in the blood of the slain.”
Manusia ditumpuk seperti piramida dan dibakar, tak seorang pun tahu berapa jumlahnya: “No one has ever seen or heard of such a slaughter of pagans, for they were burned on pyres like pyramid, and no one save God alone knows how many there were.” (David R. Blanks and Michael Frassetto (ed), Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe, (New York, St. Martin’s Press, 1999).
Itulah kemenangan mereka. Bagaimana dengan kemenangan kita (umat islam)? Ketika Shalahuddin al ayyubi berhasil memenangkan peperangan, tak pernah tercatat dalam sejarah bahwa beliau membantai umat kristiani dengan keji, inilah kemenangan kita, kemenangan umat islam! di Andalusia Thariq bin ziyad melakukan hal yang sama. Sebelum Shalahuddin, Amru bin Ash juga melakukan hal yang sama.
Prinsip iman mereka adalah “Siapa saja yang mau, silahkan beriman, yang memilih kafir, silahkan” (QS. Al – Kahfi: 29), “Tidak ada paksaan dalam beragama” (QS. Al – Baqarah: 256). Prinsip tersebut mencerminkan bahwa logika agama ini bukan hanya matang, tapi juga dewasa. Layaknya orang dewasa, ia memandang bahwa “keyakinan” adalah privasi, atau wilayah pribadi setiap manusia. Iman itu ketundukan, jadi paksaan jelas bukan iman! Pun bukan pula cinta! Tak sedetik pun dibenarkan mengajak paksa penganut agama tertentu untuk memeluk agama lain, apalagi mengintimidasi dan menyerang.
Umat Kristiani perlu kembali mengkaji kitab suci mereka, karena para nabi perjanjian lama se-iya sekata dengan prinsip islam.
Dalam alkitab (perjanjian lama), digambarkan bagaimana peperangan yang Nabi Musa lakukan bersama pengikutnya (bani israel). Saat itu, setelah Musa dan bani Israel keluar dari Mesir, tak ada tempat yang bisa mereka huni selain gurun pasir, mau tak mau mereka harus mencari tempat, sampai akhirnya hal tersebut mendorong Musa untuk mengutus pengikutnya dari bani Israel agar menyampaikan pesan kepada seorang raja:
“Izinkanlah kami melalui negerimu; kami tidak akan menyimpang masuk ke ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu, kami tidak akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan, sampai kami melalui batas daerahmu.” (Bilangan 21: 22)
Namun sang raja tak mengizinkan mereka bahkan menyiapkan tentara untuk menyerang Musa dan bani Israel. Musa dan bani Israel pun memerangi mereka, dan kemenangan akhirnya diraih oleh Musa. Demikianlah Musa dan pengikutnya berperang agar bisa hidup, namun peperangan ini terjadi hanya antara raja, pasukannya dan Musa, tidak melibatkan rakyat sama sekali, bahkan setelah kemenangan, Musa dan bani Israel menyejahterakan negeri tersebut dan membangung ulang (memugar) kota-kota.
Peperangan bukanlah keinginan dan bukan tujuan, sekalipun untuk tujuan mulia (menyebarkan agama). Rasulullah saw bersabda:
عن عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَيَّامِهِ الَّتِي لَقِيَ فِيهَا انْتَظَرَ حَتَّى مَالَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ قَامَ فِي النَّاسِ خَطِيبًا قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ
Dari Abdullah bin Abi Aufaa radliallahu 'anhuma, “Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari-hari ketika hendak berhadapan dengan musuh, Beliau menanti hingga terbenamnya matahari kemudian berdiri berkhothbah di hadapan manusia seraya berkata: ‘Wahai sekalian manusia, janganlah kalian mengharapkan bertemu dengan musuh tapi mintalah kepada Allah keselamatan. Dan bila kalian telah berjumpa dengan musuh bersabarlah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya surga itu terletak di bawah kilatan pedang’. Kemudian Beliau berdoa: ‘Ya Allah Yang Menurunkan Kitab, Yang Menjalankan awan, yang mengalahkan pasukan sekutu (ahzab), kalahkanlah mereka dan tolonglah kami dalam menghadapi mereka’.” (HR. Bukhari. Kitab : Jihad dan penjelajahan. Bab : Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam jika tidak berperang di awal siang.)
Umat kristiani sudah salah kaprah dalam memahami ajaran mereka. Mereka pikir memerangi umat islam adalah ibadah. Umat islam tidak pernah berfikir kalau menzalimi (menyerang tanpa sebab) itu Ibadah. Umat islam tidak pernah berfikir kalau perang itu solusi. Para pendahulu kita, para sahabat, benar-benar memahami hal ini.
Diriwayatkan bahwa salah satu alasan khalifah Umar bin Khattab melengserkan Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai panglima perang, adalah karena Khalid terlalu banyak membunuh musuh-musuhnya dalam peperangan, Umar berkata “Sesungguhnya di pedang Khalid terdapat cucuran darah” , maksudnya terlalu banyak memakan korban. Karena sayyidina Umar sendiri berharap, agar kemenangan sebisa mungkin dilakukan tanpa membunuh.
Sebaliknya, Khalifah Umar memuji cara perang Amru bin Ash ketika beliau hendak mengislamkan orang Mesir. Umar berkata “Sungguh aku kagum dengan cara perang Amru bin ash, benar-benar perang yang santun, lembut dan mudah” .
Inilah alasan kenapa islam masuk ke indonesia dengan jalan damai (tanpa peperangan), begitu pula mesir, islam masuk ke dalamnya tanpa peperangan. Bahkan nabi kita mencontohkan penaklukan fenomenal, yang juga tanpa pertumpahan darah, “Idzhabuuu wa antum thulaqaa”, Pergilah, kalian bebas. Hanya itu yang Rasulullah saw ucapkan ketika Makkah sudah beliau taklukan.
Agama islam adalahagama pemaaf, agama kasih, namun jika diusik, dianiyaya, ia akan membalas sewajarnya.
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al – Baqarah: 190)
Sejatinya hubungan Orang-orang Islam dengan non muslim sendiri adalah hubungan damai, bukan peperangan, banyak ayat Al-Quran menjelaskan tentang hal ini, salah satunya seperti yang Allah firmankan:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Adapun ayat-ayat yang menyeru kaum muslim melakukan jihad, haruslah dipahami secara keseluruhan, tidak parsial.
Pemahaman komprehensif tentang ayat-ayat tersebut akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa peperangan itu dibatasi oleh dua tujuan dasarnya; untuk membela diri dari zalimnya tindakan orang lain , atau untuk mencegah kesemena-menaan yang mungkin terjadi terhadap pemeluk agama; kalau-kalau ada orang ingin memeluk agama islam, namun dihalang-halangi, maka “Perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (QS. Al – Baqarah: 193). Seperti ketika umat islam memerangi romawi di Syam, bukan karena alasan agama mereka (karena mereka kristen), melainkan karena mereka telah berbuat tindakan zalim dan lalim (pembunuhan) terhadap pembesar romawi yang masuk islam, buktinya, orang arab Kristen penduduk asli Syam tidak diperangi.
Ayat-ayat lain yang berbicara tentang suruhan berperang tanpa adanya keterangan alasan “kenapa harus berperang”, menurut pandangan ulama, disamakan sebab dan alasannya dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa berperang itu hanya ketika disakiti atau diserang.Wallahu’alam bis shawab.
Saya baca artikel anda. Thanks for information... Sebab saya selalu tertanya dlm fikiran saya mengenai media yang selalu menyatakan hal seperti ini. Saya mau bertanya kepada kawan Muslim tapi takut sebab iya isu sensitif. Lagi pun saya tahu bagus daripada tidak membicarakannya memandangkan kami semua teman. Membicarakan hal seperti ini mungkin menimbulkan sedikit konflik di dalam hati. Saya cuma mau tahu apa pandangan di sudut agama kawan-kawan. Namun saya gembira sebab mereka tidak pernah membahaskannya walaupun saya berlainan kepercayaan dengan mereka. Yah... Sekurang kurang artikel kamu membantu memberi information kepada saya. Good artikel...
ReplyDelete